RIAU ONLINE, BENGKALIS - Pagi-pagi sekali Fitria sudah berangkat ke sekolah. Kehadirannya di sekolah swasta SMP ini sudah dinantikan para murid-muridnya.
Dengan semangat ingin membangkit batang terendam, Fitria berangkat dari rumahnya yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Berpakaian lengkap layaknya seorang guru ia sudah sampai di sekolah sebelum bel berbunyi.
Mengenyampingkan masalah gaji dan gengsi, ia selalu sabar menghadapi setiap murid-muridnya yang berasal dari berbagai latar belakang.
Kepada Riau Online, Fitria bercerita bahwa menjadi guru memang keinginan sedari kecil. Meski sudah bersekolah di jurusan tata busana di SMKN 3 Pekanbaru, keinginannya untuk menjadi guru belum juga hilang.
Berkat tekad yang semakin bulat, ia kemudian mengambil kuliah di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau jurusan Pendidikan Agama Islam.
Barulah setelah menamatkan kuliahnya, Fitria memutuskan untuk mengabdi ke salah satu sekolah swasta di kampungnya, Duri, kabupaten Bengkalis.
"Ingin mewujudkan cita-cita dari kecil, saya ingin menjadi guru serta pendidik yang profesional," ujar wanita bernama lengkap Fitria Sartika ini, Senin, 25 November 2019.
Fitria mengungkapkan, SMP swasta ini sudah ia kenal semenjak semasih SD dulu, pasalnya lokasi SD-nya masih satu komplek dengan SMP Swasta ini.
Ketika masih SD dulu, SMP ini merupakan sekolah yang cukup diminati oleh para pelajar di Duri.
Namun, beberapa tahun belakangan sekolah ini kalah eksistensinya dari sekolah negeri yang dibangun oleh pemerintah.
Atas dasar inilah, Fitria memberikan pengabdian penuh bagi sekolah ini, agar sekolah ini bisa kembali menuju masa jayaannya.
"Dulu sekolah ini sangat diminati, bahkan ratusan orang bisa mendaftar setiap pendaftaran dibuka, tapi sekarang hanya tiga lokal saja, satu lokal untuk kelas 7, satu lokal untuk kelas 8 dan satu lokal untuk kelas 9," tambahnya.
Untuk gaji sendiri, memang dirasa Fitria jauh dari kata sejahtera, dimana ia hanya mendapatkan gaji sebesar Rp 334.000 dari 18 jam mata pelajaran yang harus penuhi setiap minggunya.
"18 jam untuk 3 mata pelajaran bidang studi, 2 mata pelajaran umum dan satu muatan lokal," tuturnya.
Guna memenuhi kebutuhannya ini, Fitria berinisiatif membangun usaha kecil-kecilan seperti menjual barang harian di rumah dan menjual pulsa yang ia buka sejak pulang sekolah pukul 16.00 sampai malam hari.
Lebih jauh, Fitria mengakui rutinitas ini cukup melelahkan baginya apalagi jika dibandingkan dengan hasil yang ia dapat, namun semangat membangkit batang terendam menghapus semua rasa itu.
"Berkat dukungan dari suami juga makanya saya bertahan disini," pungkasnya.