Alhamdulillah, Terimakasih Pak Dandim Bengkalis

husna.jpg
(Andrias)

Laporan: ANDRIAS

RIAU ONLINE, BENGKALIS - Fatiha Husna Asyifa, anak berusia 2 tahun, 8 bulan terlihat aktif. Seperti anak normal lainya, dia pun tidak mau diam dan terus bermain-main.

Siapapun yang melihat Husna-sapaannya, tidak dapat percaya bahwa anak sekecil itu mengalami fungsi pendengaran yang tidak normal sehingga diharuskan menjalani pemeriksaan.

Ketika RIAUONLINE.CO.ID, menyambangi kediamannya di Jalan Baru, Kecamatan Bengkalis, Rabu, 6 November 2019, malam. Anak kedua dari pasangan Suhaimi dan Nurmasan itu sedang demam tapi tetap aktif dan ceria.

Suhaimi (34), diawal ceritanya menyatakan kaget dan tidak menyangka bahwa anaknya yang tumbuh normal seperti anak biasa lainya harus segera dilakukan rehabilitas pendengaran sedini mungkin serta diharuskan menggunakan alat bantu dengar.

Kecemasan Suhaimi sebagai orang tua ditunjukan dengan langkah ekstra dengan memantau pekembangan Husna yang sudah berusia 2 tahun 8 bulan, yang tak kunjung bisa berbicara. Sedangkan anak se-usia maupun di bawah usia anaknya sudah bisa dan lancar berbicara.

"Saya berunding dan bilang sama Istri, bagaimana kalau kita bawa ke dokter anak dan istripun setuju. Setelah konsultasi, dokter anak menyarankan agar anak kami dilakukan terapi tetapi harus di cek dulu ke THT," kata Suhaimi menirukan arahan dokter anak di bengkalis tersebut.

Suhaimi hanya sebagai pekerja buruh di PT Meskom, tidak bisa menutupi rasa kaget dan sedihnya setelah mendapat penjelasan dari dokter THT yang mengharuskan Husna di rujuk ke Pekanbaru untuk di tes pendengaranya.

"Jujur saya kaget, harapan saya agar anak saya baik baik aja," tutur Suhaimi



Namun, terlihat dari mata Suhaimi terus melanjutkan ceritanya dengan mata berkaca-kaca. Juga tidak dapat menutupi saran dokter hingga ditolak dikarenakan oleh tidak mempunyai biaya cukup untuk berobat ke pekanbaru.

"Ngak tahu dari mana biayanya nanti, dalam pikiran saya, biar puas maka kamipun mengikuti saran dokter untuk cek ke pekanbaru," tuturnya menambahkan diuntungkan keluarganya ikut BPJS.

Bermodalkan nekat dan ingin anaknya agar sembuh, sekitar bulan Agustus 2019 lalu, Suhaimi membawa keluarga kecilnya menuju Pekanbaru. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap anaknya, dinyatakan Husna memiliki gangguan pendengaran yang dapat menyebabkan gangguan bicara.

Suhami melanjutkan, seperti disambar petir, mengetahui anak bungsunya yang masih kecil sudah mengalami penyakit tersebut.

"Saya hanya berserah dan yakin kepada Allah yang memberikan cobaan kepada hambaNya di batas kemampuan hamba tersebut. Saya tetap berikhtiar terus berusaha agar anak kami bisa sembuh normal seperti anak-anak seusianya," imbuh Suhaimi.

Setelah hasil pemeriksaan atau uji Bera oleh dokter selesai dilaksanakan, dengan nada ringan dan mata berkaca-kaca, Suhaimi kembali menceritakan. Anaknya harus segera direhabilitasi dengan menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD).

"Harga 1 unit alat pendengaran tersebut hampir mencapai Rp 14 juta, sedangkan dokter menganjurkan kedua telinga anak kami harus dipasang alat tersebut," tuturnya.

Bertekat menginginkan kesembuhan bagi anak kesayangannya, keluarga inipun menyanggupi dan memesan satu unit alat pendengaran untuk Husna.

"Memesanan alat itu saja harus membayar uang tanda (panjar) dimuka sebesar lima ratus ribu rupiah, sementara uang sudah habis buat transportasi berangkat ke pekanbaru," tutur Nurmasan istri Suhaimi menambahkan.

Naluri ibu Husna itu sangat kuat akan kesembuhan anaknya itu, memberanikan diri menyanggupi pesan alat pendengaran untuk anaknya tersebut. Meskipun, diakuinya, harga untuk menebus satu alat pendengaran tersebut diakuinya tidak akan mampu.

"Saat itu dibenak saya hanya ada keinginan anak saya bisa sembuh. Lalu saya nekat dan jujur bilang sama dokternya bahwa uang saya hanya tinggal Rp 100 ribu, bolehkah buat panjar alat tersebut. Alhamdulillah, ternyata dokternya baik dan kami diperbolehkan panjar uang di bawah harga yang telah ditentukan," ujar Nurmasan.

Kebahagian hati kedua orang tua Husna tersebut tidak berlangsung lama. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan pulang ke bengkalis muncul kembali di benak mereka bagaimana mendapatkan uang belasan juta buat menebus alat pendengaran untuk anaknya.

"Kami juga sudah berusaha ke Dinas Sosial Pemkab bengkalis ini, walaupun tidak ada responya kami sekeluarga berkeyakinan IsnyaAllah akan ada mukjizat buat anak kami ini," ujar Nurmasan.

Setelah terus berikhtiar, Nurmasan mendapat saran dari teman agar memposting melalui media sosial dengan harapan akan mendapat uluran bantuan yang bisa meringankan keluarganya.

"Alhamdulillah, Dandim 0303/Bengkalis langsung merespon keluhan keluarga kami dan beliau juga mengutus anggotanya datang ke kediaman kami ini," terang Nurmasan dengan bungahnya tidak menyangka akan kedatangan pasukan loreng ke gubuk papanya.

Rasa haru dan bahagia tidak dapat ditutupi oleh kedua orang tua Husna mendapat kunjungan langsung Kodim 0303/Bengkalis.

Kabar gembira dari Dandim 0303/Bengkalis Letkol Inf Timmy Prasetya Harmianto. S.Sos menjamin guna menebus segala biaya alat pendengaran Husna disampaikan melalui Danramil 01/Bengkalis Mayor Arm B. Tambunan. SE.

"Dan, besok (pagi ini, red), kami sekeluarga di bawa Pak Dandim ke Pekanbaru untuk menebus alat dengar buat anak kami," tambah Suhaimi.