RIAU ONLINE, PEKANBARU - Mantan Presiden Mahasiswa UIN Suska periode 1999-2000, Repol, mengaku tak akan tinggal diam terhadap apa terjadi di kampus trelah membesarkannya sejak beberapa bulan belakangan.
Apalagi, pihak Rektorat melarang para mahasiswa berunjuk rasa. iLangkah ini sudah sangat keterlaluan, menciderai kebebasan berpendapat diatur UU.
"Kami sudah berkumpul dengan para alumni, kami sepakat akan menindaklanjuti itu. Kita sudah susun langkah-langkah ke depannya. Kami menyoroti matinya demokrasi di kampus, apalagi ada ancaman Drop Out (DO), dan berbagai kondisi internal kampus lainnya," kata anggota DPRD Kampar ini, Rabu, 25 September 2019.
Dengan tanggung jawab moral sebagai mantan aktivis, Repol sangat prihatin kondisi kampus sekarang. Menurutnya, UIN sekarang sudah dibuat seperti kampus milik pribadi, bukan lagi kampus perjuangan.
"UIN itu bukan milik pribadi," tegasnya.
Ia berharap, Rektor UIN Suska, Akhmad Mujahidin mengakui berbagai kelemahan kampus selama ini menjadi tuntutan para mahasiswa.
"Kalau ada kelemahan segera perbaiki, sebelum masalah ini membesar. Segala kebijakan yang dianggap salah, perbaiki," tuturnya.
Rektor, sambungnya, jangan sampai melaporkan mahasiswa ke kepolisian seperti dilakukan beberapa bulan lalu. Langkah tersebut membuat silaturahmi antara mahasiswa, alumni dan Rektor menjadi tak baik.
Repol melanjutkan, Rektor jangan lagi mengintervensi lembaga mahasiswa, sebab mahasiswa adalah representasi pemuda. Sangat tidak tepat kalau di usia muda calon pemimpin ini diajak untuk pragmatis.
Lebih jauh, Repol menjelaskan pihaknya akan melakukan roadshow kepada para alumni lainnya, mantan rektor, mantan pejabat di UIN maupun pejabat UIN yang masih menjabat.
"Kita akan roadshow dulu lah, kalau untuk mendemo rektorat rasanya belum sampai kesana lah," jawabnya saat ditanya apakah ada aksi dari alumni.