Pendukung Prabowo Kecewa, Pengamat: Tak Usah Baper, Politik Indonesia Fleksibel

jokowi-prabowo.jpg
([Suara.com/Ummi Hadyah Saleh])

RIAUONLINE, PEKANBARU - Pengamat politik Universitas Riau, Tito Handoko menilai pertemuan antara Prabowo Subianto dan Jokowi merupakan bukti bahwa politik Indonesia sangat fleksibel dan tidak kaku.

Menurut Tito, demokrasi Indonesia memang sangat dinamis dan cair, serta apapun bisa saja terjadi. Berbeda dengan demokrasi yang terjadi di Amerika dan negara komunis yang memang keras.

"Demokrasi di Indonesia ini sangat cair, tidak seperti di Amerika yang hanya memungkinkan dua kubu saja. di Indonesia ini bisa banyak poros, walaupun kebetulan hanya ada dua poros di Pilpres 2019," kata Tito, Senin, 15 Juli 2019.

Terkait adanya mantan pendukung Prabowo yang kecewa, Tito menilai hal tersebut hanya terjadi pada beberapa kelompok saja yang selama ini merasa paling militan mendukung Prabowo.



"Perkara ada kelompok kecewa, itu hal biasa saja, tidak usah baper. Yang baper itu bagi yang merasa bagian dari perjuangan militan. Kalau kelompok simpatisan biasa, ya mereka akan sadar bahwa politik memang begitu," jelasnya.

Lebih jauh, Tito menyebut Pilpres 2019 ini merupakan permulaan baru dinamika politik menuju Pilpres 2024 di mana semua partai akan memulai dari 0 lagi.

"Bisa jadi ada nanti koalisi biru, kumpulan partai koalisi biru, Nasdem, Demokrat, dan PAN atau koalisi merah Gerindra, PDIP atau bahkan PKS ke sana. Politik itu fleksibel," katanya.

Semuanya, sambung Tito, tergantung kepada partai-partai yang ada di tingkat pusat, sebab mereka yang akan merancang persiapan Pemilu 2024 mendatang.

"Apakah Parliamantary Threshold (PT) nya meningkat? itu kan mereka yang merancang," tutupnya.