Laporan: TIM RIAUONLINE
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pengurus DPD Partai Gerindra gagal memenangkan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 di Provinsi Riau. Gerindra Riau dipimpin Edy Tanjung juga dinilai tidak bisa memanfaatkan kemenangan Calon Presiden Nomor Urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, keduanya Ketua Umum dan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra.
Padahal, berdasarkan hasil real count KPU maupun quick count lembaga survei, Prabowo-Sandiaga menang telak atas kompetitornya, Jokowi-Maruf Amin dengan persentase sekitar 64 persen berbanding 36 persen.
Justru yang bisa memanfaatkan Prabowo effect di Riau itu malah Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dengan meraih kursi dan suara secara signifikan dibandingkan Gerindra.
"Saya lihat PKS ini mendapatkan keuntungan dengan mendukung Prabowo. Sebenarnya masyarakat itu memang banyak mau ganti presiden. Kebetulan saja PKS sendiri paling kencang menyuarakan itu. Itu sejalan dengan perolehan suara mereka di Riau," kata pengamat politik dari Universitas Riau, Adlin, Senin, 29 April 2019, kepada RIAUONLINE.CO.ID.
Selanjutnya, pemilih di kubu partai Islam, seperti Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berpindah lantaran dua partai ini gonjan-ganjing.
Seperti Ketum PPP, Romahurmuziy ditangkap KPK lantaran OTT berkaitan dengan pengisian jabatan di Kementerian Agama (Kemenag) untuk wilayah pusat dan daerah.
Belum lagi pernyataan resmi dari pentolan Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra secara resmi menyatakan sikap mendukung pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam Pemilihan Presiden 2019 silam.
"Masyarakat juga masih berharap banyak dari PBB, alternatif dari partai Islam selain PKS dan PPP. PBB ini kan juga alternatif juga, orang masih banyak rindu dengan Masyumi. Karena mereka seperti itu jadinya suara pindah ke PKS karena tidak ada alternatif lain, " imbuhnya.
Ketua DPW PKS Riau, Hendri Munief mengklaim, partai dipimpinnya yakin mengantongi suara 21 persen atau setidaknya 5 kursi DPR RI yang sudah ditangan.
Hendry Munief, sempat kaget melihat hasil pengumpulan suara dilakukan kader dan saksi PKS di 12 kabupaten kota di Riau. "Saya sempat kaget, 21 persen ini persis dengan usia PKS. Alhamdulillah ini sangat luar biasa," kata Hendry.
Berdasarkan data C1 sudah terkumpul, PKS meninggalkan jauh partai politik yang berada di posisi kedua, berkisar 7-8 persen. Hitungan partai kader itu, partai urutan kedua hanya meraih 13 persen kursi DPRD Riau.
"Jaraknya dengan partai di urutan kedua sangat jauh, ada jarak antara 7-8 persen," jelas Caleg dipastikan melenggang ke Senayan ini.
Ia mengatakan, dari 8 dapil untuk DPRD Riau, PKS diprediksi mengantarkan masing-masing dua wakilnya. Begitu juga dengan perolehan kursi DPRD kabupaten kota.
Gerindra Salahkan Politik Uang
Sementara itu, Sekretaris DPD Gerindra Riau, Hardianto mengaku, target dipasang partainya tidak optimal dalam Pemilu Serentak 2019 di Riau.
Apalagi, beberapa survei mengungkapkan Gerindra akan menjadi pemenang dalam Pileg 2019 di Riau. "Akibatnya banyak partai yang mengintip basis Gerindra sehingga mereka bergerilya di sana," kata mantan Calon Wakil Gubernur Riau ini.
Selain itu, hantaman money politics juga membuat kader Gerindra cukup kesulitan di lapangan, sebab Hardianto sendiri melihat banyak praktek money politik yang terjadi.
"Kalau boleh minta masyarakat jujur, pasti banyak money politics, tapi masalahnya untuk memperlihatkan bukti itu susah, dimana-mana sekarang cerita berapa sanggup," keluhnya.
Diakui Hardianto juga, faktor Ustadz Abdul Somad yang mengarahkan ummat kepada PAN dan PKS di last minute kampanye juga menjadi penyebab tergerusnya suara Gerindra.
"Di minggu akhir ada UAS effect, jujur itu mengejutkan saya, tapi ya sudahlah itu memang hak UAS," tutupnya.
Sebelumnya, PKS mengklaim bahwa mereka akan keluar sebagai pemenang dalam Pileg 2019 ini dengan perolehan kursi 21 persen di komposisi DPRD Riau.