Laporan: HASBULLAH TANJUNG
RIAUONLINE, PEKANBARU - Group musik Bertuah Akshara Simphony (BAS) tampil apik dalam acara perayaan Cap Go Meh di Mal SKA Minggu, 17 Desember 2019.
Dengan bermodalkan beragam barang-barang bekas, kelompok musik ini pun memukau ratusan pengunjung mal.
Barang-barang bekas tersebut antara lain dari periuk, kuali, teflon, galon air mineral, velg mobil, kunci bekas, gallon cat dan drum plastik.
Pengunjung yang tidak hanya dari kalangan Tionghoa ini tampak begitu antusias mendengarkan dentuman musik yang dihasilkan oleh para personel grup BAS dari barang bekas.
BAS merupakan kelompok musik di bawah naungan Indonesia Marching Arts Association (IMAA). Mereka merupakan kumpulan beberapa personil marching band di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi di Pekanbaru, Riau.
"Berangkat dari barang-barang bekas, menjadi alat musik untuk menyalurkan kreatifitas di bidang seni. Ini merupakan upaya mendukung gerakan Go Green. Kami mengumpulkan limbah plastik pada car free day yang kemudian dikonversi menjadi uang untuk menunjang kebutuhan properti kreativitas," ujar Chief Operating Officer IMAA, Rahma Dul Wahid.
Pria yang kerap disapa Amek ini mengatakan apa yang sudah dilakukan BAS sejauh ini hanyalah langkah kecil karena pihaknya meyakini langkah kecil ini akan menjadi perjalan besar.
Tak jauh berbeda, Chief Governing Borad IMAA IF Serta Putra juga menyatakan hal yang sama, menurutnya tidak ada jalan pintas dan instan, ia meyakini bahwa pasti selalu ada sebuah bintang yang lebih terang.
"Didalam situasi apapun, pasti ada suatu 'jawaban yang benar' dan suatu 'cara terbaik'untuk melakukan sesuatu dengan benar," ulasnya.
Sementara itu, Chief Supervisor yang Board IMAA Fachri Yasin mengatakan kreatifitas ini berpotensi untuk disosialisasikan ke sekolah-sekolah, dimana mereka menciptakan alat musik dan seni berbiaya sangat murah dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang berada disekitar kita.
"Banyak peluang dan rahasia yang terbentang di dunia ini, tinggal masalah mau atau tidak untuk menemukan dan memanfaatkan peluang-peluang dan rahasia-rahasia yang tersembunyi tersebut”, pesan Fachri Yasin.
Terakhir, Chief Executive Office IMAA St dengan Jalingga menjelaskan dalam perjalanan kehidupan para remaja, mungkin seringkali penuh dengan riak-riak keluhan dan ungkapan energi ketidak mampuan, memanisfestasikan suatu keputusasaan, sehingga tidak jarang menjadikan gelap sebagai sebuah pilihan.
"Bagi BAS hal ini bukan keluhan dan keputusasaan, tetapi merupakan proses penerimaan terhadap sebuah dinamika. Yang pada akhirnya, membuat para remaja mampu menemukan dirinya sendiri untuk berkreasi. Para remaja memiliki tugas mulia sebagai pembangun peradaban, memiliki spirit yang agung, budaya, potensi dan daya cipta," tutup Stede.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id