LAPORAN: FATMA KUMALA
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Konflik Sumber Daya Alam di Riau mencapai 545 kasus sejak 2003 hingga tahun 2018. Konflik biasanya terjadi antara masyarakat dengan perusahaan baik di Hutan Tanaman Industri (HTI) maupun perkebunan sawit.
Berangkat dari hal tersebut, Scale Up menyusun modul negosiasi konflik yang lengkap dan detail. Modul dimaksudkan agar masyarakat yang berkonflik mempunyai kemampuan sejajar dalam bernegosiasi. Sehingga mampu menyelesaikan konflik mereka sendiri melalui pelatihan-pelatihan negosiasi efektif.
Tidak hanya training masyarakat, modul ini diharapkan juga digunakan oleh perusahaan, KPH dan pemerintah. Demikian disampaikan Direktur Scale Up M. Rawa El Amady dalam pertemuan “Finalisasi Modul Negosiasi Efektif untuk Konflik Sumber Daya Alam”.
“Akhir-akhir ini pihak perusahaan makin menyadari bahwa penyelesaian konflik di luar pengadilan lebih menguntungkan daripada melalui jalur pengadilan. Kesadaran pihak perusahaan ini perlu disambut dengan menyiapkan masyarakat. Scale Up sebagai lembaga resolusi konflik menganggap penting untuk menyiapkan masyarakat ini melalui pelatihan negosiasi. Untuk itu, Scale Up memandang modul ini sangat penting agar pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan mempunyai arah dan pedoman yang jelas,” ungkap Rawa, Selasa, 6 November 2018.
Dalam rangka finalisasi penyusunan modul negosiasi, Scale Up mengundang Balai Diklat Kehutanan Provinsi Riau, Dinas Kehutahan Provinsi Riau, Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan, Impartial Mediator Network, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutahan.
Pertemuan ini untuk membahas draft yang telah disusun oleh Scale Up berdasarkan pertemuan sebelumnya pada 7 Juni 2018 lalu. Pertemuan yang berlangsung pada Minggu 4 November 2018 di Hotel Royal Asnof Pekanbaru ini menargetkan modul negosiasi selesai pada Januari 2019.
“Sebelumnya kami telah mengadakan pertemuan awal pada bulan Juni lalu. Bahwa setelah pertemuan ini, saya bersama tim membuat draft modul negosiasi yang dibahas pada pertemuan hari ini. Ke depan modul ini dapat menjadi bahan para pihak dalam bernegosiasi,” ucapnya.
“Dalam pertemuan ini, Scale Up mempresentasikan draft awal modul, banyak masukan dari tim penyempurnaan modul, baik itu mengenai outline, isi, dan penulisan. Sehingga perlu waktu untuk penyusunan final dari modul ini sebelum di-launching,” lanjutnya.