RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kepolisian Resor Kota Pekanbaru, Provinsi Riau membantah isu upaya penculikan siswa salah satu sekolah dasar. Sebelumnya isu itu beredar luas melalui pesan berantai dan media sosial.
"Penyelidikan menyimpulkan bahwa kejadian tersebut bukan penculikan," kata Wakil Kepala Polresta Pekanbaru, AKBP Edy Sumardi di Pekanbaru, Jumat, 27 Juli 2018.
Dalam pesan berantai di sejumlah grup WhatsApp dan media sosial yang tersebar berisi tentang upaya penculikan yang dilakukan oleh dua orang pria.
Kedua pria masing-masing berinisial LH (60) dan ZB (61) yang mengendarai mobil jenis sedan BMW tersebut diduga memaksa seorang siswa SD untuk masuk ke dalam mobil saat jam pulang sekolah.
Kejadian itu terjadi pada Kamis, 26 Juli siang kemarin di sekitar Jalan Dharma Bakti-Arengka II Pekanbaru.
Bocah berusia 9 tahun yang duduk di kelas IV tersebut awalnya sempat menolak masuk ke dalam mobil karena jarak ke rumahnya hanya berkisar 100 meter. Sementara kedua pelaku berupaya meyakinkan bocah hanya untuk memberikan tumpangan karena cuaca cukup panas.
Seketika, bocah tersebut kemudian menuruti tawaran dua pria tersebut dan sempat masuk ke dalam mobil. Namun, sejumlah warga yang terus memantau gerak gerik dua pria itu langsung menghentikan laju mobil serta meminta menurunkan bocah laki-laki tersebut.
Kedua pria sempat hampir dihakimi massa karena diduga sebagai penculik anak. Namun, pria itu akhirnya diselamatkan oleh jajaran Polsek Payung Sekaki. Edy mengatakan jajarannya telah memeriksa kedua pria, yang salah satunya pensiunan guru tersebut.
Pemeriksaan bahkan berlangsung cukup lama, hingga Kamis malam. Hasil pemeriksaan polisi, Edy menuturkan bahwa kedua pria tersebut tidak terbukti berupaya melakukan penculikan, melainkan hanya kebetulan melintas dan memberikan tumpangan.
"Kita telah gelar pra rekonstruksi dan klarifikasi kepada siswa SD tersebut serta saksi-saksi. Kami juga telah telusuri latar belakang kedua pria itu ke tetangga dan warga dia berasal," tutur Edy.
Edy mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah percaya akan informasi yang belum teruji kebenarannya, atau turut menyebarkan informasi tersebut karena berpotensi menimbulkan kekhawatiran.
"Kita terus lakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Namun kita juga mengimbau agar masyarakat tetap berhati-hati," imbaunya. (**)