Mengenal Benih Jarak, Sitaan Karantina Asal Tiongkok

Ilustrasi-Jarak.jpg
(NET)

 

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Balai Karantina Pertanian Klas I Pekanbaru menyita 214 karung benih jarak asal Tiongkok di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, dengan berat total mencapai satu ton.

Sedianya, diduga terdapat dua ton benih jarak yang masuk melalui pelabuhan tikus di pesisir Riau tersebut. Namun, petugas hanya menemukan satu ton, sementara satu ton lainnya hilang. Diduga benih itu telah tersebar ke kalangan petani.

Lantas, apa sebenarnya benih jarak tersebut?

Informasi yang dirangkum RIAUONLINE.CO.ID, jarak merupakan salah satu jenis tanaman tropis. Tanaman itu sedang naik daun dalam beberapa waktu terakhir.

Dilansir dari wikipedia.org, Jarak atau yang memiliki nama latin Ricinus Communis adalah tumbuhan liar setahun dan biasa terdapat di hutan, tanah kosong, di daerah pantai, namun sering juga dikembangbiakkan dalam perkebunan.


Tanaman ini tergolong tanaman perdu, memiliki daun tunggal menjari antara -9, berdiameter 10-40 cm. Tumbuhan ini merupakan spesies tanaman dari Euphorbiaceae dan tergolong ke dalam Genus Ricinus, Subtribe Ricininae.

Sebutan untuk pohon jarak di Indonesia berbeda-beda di setiap daerah. Di Jawa Barat disebut 'Kaliki'. Di Sumatera, jarak dikenal dengan nama Dulang ada juga yang menyebutnya dengan Gloah. Di Madura, jarak disebut dengan Kalĕkĕ.

Tanaman ini merupakan sumber minyak jarak, dan mengandung zat ricin, sejenis racun yang mematikan. Pohon jarak merupakan satu-satunya tumbuhan yang bijinya kaya akan suatu asam lemak hidroksi, yaitu asam ricinoleat.

Kehadiran asam lemak ini membuat minyak biji jarak memiliki kekentalan yang stabil pada suhu tinggi sehingga minyak jarak dipakai sebagai campuran pelumas.

Baca Juga Ratusan Karung Benih Jarak Asal Tiongkok Disita di Meranti

Sejumlah penelitian menyebut bahwa tanaman jarak berpotensi menjadi tanaman pengganti minyak bumi di masa mendatang. Tanaman tersebut juga lebih mudah dibudidayakan dan memiliki perawatan tidak terlalu rumit dibanding dengan perkebunan sawit.

Pantas saja jika saat ini banyak petani di Indonesia ingin membudidayakan tanaman jenis tersebut. Namun, jika harus mengimpor dari Tiongkok dan tanpa dokumen lengkap, juga merupakan sebuah kesalahan.

Kepala Seksi Pengawasan Penindakan Balai Karantina Pertanian Klas I Pekanbaru, Ferdi mengataktan bahwa seluruh benih jarak tersebut disita dari tangan warga di Desa Kampung Peranap, Kecamatan Tebing Tinggi, Meranti. 

Menurut Ferdi, kasus itu terungkap setelah Balai Karantina menerima informasi akan keberadaan benih jarak yang masuk ke wilayah terluar di Provinsi Riau tersebut pada 3 Juli 2018 lalu. 

Semula dia mengatakan terdapat dua ton benih jarak asal Tiongkok yang masuk ke Meranti. Namun, setelah dilakukan penyelidikan, pihaknya hanya menemukan satu ton benih, sementara sisanya diduga telah disebar ke para petani di wilayah itu. 

"Kita belum tahu sisanya kemana. Masih kita dalami," ujarnya. 

Hasil penyelidikan sementara, benih jarak itu dikirim dari Tiongkok via Singapura, sebelum kemudian tiba di Meranti dengan menggunakan kapal laut. (**)