Pilgubri 2018, Tumbangnya Kedigdayaan Pohon Beringin di Ranah Melayu

Cagub-Arsyadjuliandi-Rachman-dalam-debat-publik.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/HASBULLAH TANJUNG)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kekalahan Gubernur Riau petahana yang juga Ketua DPD I Golkar, Arsyadjuliandi Rachman atas kader Partai Amanat Nasional (PAN), Syamsuar, menghentikan dan menumbangkan kedigdayaan partai berlambang pohon beringin tersebut di ranah Melayu.

Padahal, Bumi Lancang Kuning sejak Pemilu 1971 merupakan basis Pohon Beringin, termasuk di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Langsung yang bergulir sejak 2005 silam.

Mulai Pilkada Kabupaten dan Kota, maupun provinsi, Golkar selalu jadi pemenang dan kepala daerahnya otomatis menjadi Ketua DPD.

 

"Tumbangnya Pohon Beringin di Pilgub Riau 2018 ini, merupakan kekalahan pertama bagi Golkar di era Pilkada langsung, kalah telak lagi," kata pengamat Politik Universitas Riau, Adlin, kepada RIAUONLINE.CO.ID, Sabtu, 30 Juni 2018.

Adlin menjelaskan, Syamsuar sebenarnya kader Golkar, bahkan saat deklarasi maju di Pilgubri 2018, tahun 2017 silam, ia masih menjabat sebagai Ketua DPD II Golkar Siak, sekaligus Bupati Siak dua periode, 2011-2021.

Saat maju dalam Pilbup Siak 2016 lalu, tutur lulusan S2 Ilmu Politik Universitas Indonesia tersebut, Syamsuar tak gunakan pohon beringin, melainkan PAN, PKS dan Nasdem, koalisi tiga partai mengantarkannya berlabuh di kursi Riau 1 sekarang ini.

Dengan partai disebut pertama tersebut, PAN, Syamsuar kemudian menjadi anggota. Dibuktikan dengan diserahkannya Kartu Tanda Anggota (KTA) dan pemasangan jaket biru di Rumah PAN, Jalan Arifin Achmad, dua hari jelang pendaftaran ke KPU Riau, Jumat, 5 Januari 2018.


Adlin

ADLIN, Dosen dan Pengamat Politik Universitas Riau

"Rasa Golkar juga terasa di Pilgubri 2018 ini. Banyak kader dan simpatisan memilih Syamsuar, dibandingkan ketuanya sendiri, Andi Rachman," ujar lulusan S1 Ilmu Pemerintahan Universitas Riau tersebut.

Saat ini, dari 12 bupati dan wali kota di Riau, kepala daerah merupakan kader Golkar sangat minim. Sebut saja Bupati Indragiri Hulu, Yopi Arianto, Bupati Indragiri Hilir HM Wardan, Bupati Pelalawan HM Harris, dan Bupati Bengkalis Amril Mukminin.

Padahal, warga kuning sangat terasa kentalnya selama ini, sebelum kisruh dualisme pasca-Pilpres 2014 silam.

Tak hanya itu, Adlin mengatakan, tidak menutup kemungkinan Calon Wakil Gubernur Terpilih, Brigjen TNI (Purn) Edy Natar Afrizal Nasution, diminta menjadi ketua oleh dua partai pengusung lainnya, PKS dan Nasdem.

"Pilgubri 2008, dimenangkan ketua DPD Golkar Riau, Rusli Zainal. Pilgub Riau 2013, juga dimenangkan ketua DPD Golkar Riau, Annas Maamun. Sekarang? Kader PAN," kritik Adlin.

Ia juga mensinyalir, mengaca dari berbagai kasus, dimana Ketua DPD Golkar kalah, apalagi petahan, maka Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) siap-siap saja digelar.

Potensi Musdalub ini, jelasnya, terbuka lebar karena di Golkar Riau, sampai menit-menit terakhir, Ketua DPD II Pelalawan, HM Harris, masih ngotot dan berupaya maju Pilgubri dari perahu pohon beringin.

"Ini potensi sangat terbuka lebar. Andi Rachman kalah, maka Musdalub bakal digelar, Kita masih ingat kasus Musdalub di 2013, saat Indra Adnan dilengserkan oleh kubu Annas Maamun-Andi Rachman," pungkasnyta.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id