RIAU ONLINE, ROKAN HILIR - Sejumlah wisatawan lokal maupun mancanegara sudah memadati Kota Bagan Siapiapi, Rokan Hilir, Riau, Jumat, 29 Juni 2018. Festival Ritual Bakar Tongkang bakal memasuki acara puncak Minggu esok, 30 Juni 2018.
Pantauan RIAUONLINE.CO.ID, wisatawan maupun penduduk lokal keturunan Tionghoa telah memadati Klenteng In Hok Kiong di Bagan Siapiapi. Silih berganti pengunjung memasuki klenteng tertua di kawasan Pekong Besar melakukan sembahyang.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Festival Bakar Tongkang akan diawali dengan acara ritual di kelenteng In Hok Kiong. Lalu acara dilanjutkan dengan arak-arakan ke tempat pembakaran hingga berlanjut ke prosesi pembakaran di hari selanjutnya.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Pada 28 Juni, siang, telah digelar Bakar Tongkang Fashion Carnaval yang dipusatkan di depan mess pemda Jalan Perwira Bagansiapiapi, di lokasi yang sama pada malam harinya digelar acara kesenian yaitu Pentas Negeri Seribu Kubah.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
”Selanjutnya, pada tanggal 29 Juni, pukul 08.00 hingga 11 .00 WIB, akan digelar Bagansiapiapi Heritage, dan pada tanggal 30 Juni prosesi Ritual Bakar Tongkang. Bagi para wisatawan yang mau mengunjungi pulau Jemur, pihak panitia berkerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Rokan Hilir akan menggelar trip pulau Jemur pada tanggal 1 juni 2018, titik kumpulnya di pelabuhan Bagansiapiapi pukul 07.00 WIB,” ujar Kadispar Riau Fahmizal Usman.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Inilah ritual bakar tongkang. Sebuah tradisi unik masyarakat Tionghoa, Bagan Siapiapi, Riau yang kini menjadi destinasi wisata mancanegara. Bakar tongkang atau dalam bahasan hokian Go Gek Cap Lak diadakan pada penanggalan Imlek bulan kelima tanggal 16, setiap tahunnya.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Ritual Bakar Tongkang hingga kini terus dirayakan masyarakat Tionghua Bagansiapiapi untuk memperingati sejarah perjalanan perjalanan datangnya para leluhur warga Tionghoa dari daratan China pada 1872.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Menurut sejarahnya, kehadiran warga Tionghoa di Bagan Siapiapi bermula dari tuntutan kualitas hidup yang lebih baik lagi, sekelompok orang leluhurnya dari Provinsi Fujian - China, merantau menyeberangi lautan dengan kapal kayu sederhana. Dalam kebimbangan kehilangan arah, mereka berdoa ke Dewa Kie Ong Ya yang saat itu ada di kapal tersebut agar kiranya dapat diberikan penuntun arah menuju daratan.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Pada keheningan malam tiba-tiba mereka melihat adanya cahaya yang samar-samar. Hingga tibalah mereka di daratan Selat Malaka tersebut. Cahaya itu dihasilkan dari kunang-kunang di atas bagan atau tempat penampungan ikan di pelabuhan. Konon, inilah awalnya cikal bakal daerah itu dinamakan Bagan Siapiapi. Satu kawasan penghasil ikan laut yang melimpah.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Mereka yang mendarat di tanah tersebut sebanyak 18 bermarga Ang. Sebagai wujud terima kasih kepada dewa laut Kie Ong Ya, para perantau memutuskan untuk membakar Tongkang yang ditumpangi mereka sebagai sesajen kepada dewa laut.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Momen ini juga dimanfaatkan warga Tionghoa kelahiran Bagan Siapiapi pulang kampung untuk bersilaturhami dengan keluarga dan mengenang tanah kelahirannya.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Seiring berjalan waktu, ritual bakar tongkang menjadi tradisi unik yang mampu menyedot perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara baik itu Jakarta, Cina, Taiwan maupun Singapura.
RIAUONLINE.CO.ID/YAN
Tradisi bakar tongkang mendapat dukungan penuh Pemerintah Provinsi Riau. Tradisi ini pun kini menjadi agenda tahunan yang masuk dalam kalender wisata nasional. Tahun lalu, sebanyak 52 ribu wisatawan mancanegara datang ke Bagan Siapiapi mengkuti ritual itu.