Inilah Kesaksian Alumni saat Detik-detik Peracik Bom Ditangkap Densus 88

Homestay-Mapala-Sakai-FISIP-Unri.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Apa menimpa alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau (FISIP Unri) ini, tak berharap terulang kembali di masa depan. 

Di depan matanya sendiri, Syahrul Mubarak, melihat terduga teroris disangkakan sebagai perakit bom berdaya ledak tinggi, MNZ, ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri, Sabtu, 2 Juni 2018, sekitar pukul 13.30 WIB, di Homestay Mapala Sakai. 

Padahal, sebagai sesama alumni dan satu angkatan masuk FISIP Unri, 2003, serta kawan-kawan lainnya, sudah sering mengingatkan MNZ untuk tidak menjalankan aktivitas berbahaya bersinggungan dengan material mudah meledak di kampus. 

Baca Juga: 

2017, Mahasiswa Unri Boikot Seminar Radikalisme BNPT Di Kampus

Perakit Bom Di Unri, Z, Ajak Rekannya Amaliah Dengan Bom Bunuh Diri

"Kami sudah sering mengingatkan MNZ, untuk tidak melakukan hal berbahaya bersinggungan dengan material tersebut. Namun, ia hanya menganggap itu candaan saja," kata Syahrul secara khusus kepada RIAUONLINE.CO.ID, Sabtu malam. 

Ia menceritakan, ia main ke Homestay Mapala Sakai, karena Sabtu sore akan diselenggarakan berbuka puasa alumni. Usai Salat Zuhur, ia ke homestay.

Sekitar pukul 13.30 WIB, datang satu mobil Toyota Innova beserta 7 motor berpakaian bebas, mendatangi dan masuk ke Homestay. Syahrul sempat bertanya ke kelompok tak dikenal tersebut. 

 


"Ini ada apa, kok main masuk kasar seperti itu, sopan sedikitlah," kata Syahrul. Kemudian seorang di antara mereka yang masuk itu bersuara. "Tak tahu kawan kau itu rakit bom ah," jawab seorang polisi. 

Mendengarkan jawaban tersebut, Syahrul pun terdiam. Ia kemudian ditanyakan oleh polisi. "Siapa nama kamu," tanya polisi. "Arul Bang, " jawab Syahrul. "Syahrul Mubarak ya," tanya polisi itu kembali. "Iya Bang," jawab Arul.

Ketika itu, terduga perakit bom, MNZ, sedang tertidur pulas di bangunan berbahan batu bata tak berplester tersebut. Saat ditangkap, MNZ sama sekali belum membuka matanya, saat Densus 88 memborgol.

Badannya yang kecil, membuat terduga peracik bom ini dengan gampangnya dilumpuhkan aparat. Tak lama berselang, tiba terduga lainnya, K, dengan motor pinjaman milik Syahrul. 

Sabtu pagi, K, meminjam motor milik Syahrul untuk membawa kakaknya check up kesehatan pada sebuah rumah sakit, di Pekanbaru. "Siangnya saya telp K, sudah dimana? Saya mau buka bersama dengan alumni. Antar motor ya ke Homestay," kata Syahrul menirukan percakapannya di telepon dengan K. 

 

Tak lama usai menangkap dan memborgol MNZ, motor dikendarai K tiba di Mapala Sakai. Saat itulah, Densus 88 bertanya ke K. "Kau siapa, kau K ya," tanya anggota Densus ke K. 

Tak dapat mengelak, K kemudian mengakui, iya K. "Ayo ikut," perintah polisi sambil memborgol tangan K. "B sudah kita amankan terlebih dahulu," lanjut polisi tersebut. 

Klik Juga: 

Seperti Di Surabaya, Bom Dari Kampus Unri Berdaya Ledak Tinggi

4 Bom Rakitan Disita Dari Kampus Unri

MNZ ditangkap di homestay, sedangkan barang bukti diduga bom berada di lantai II Gelanggang Mahasiswa FISIP Unri. 

"Saya satu angkatan dengan MNZ. Namun, beda Diklat dengan bersangkutan. Ia baru mengenal Islam secara intensif sejak setahun terakhir. Istilahnya, preman taubat. Karakternya ia periang, dan bergaul," kata Syahrul. 

Saat itu, ceritanya, ia sempat diinterogasi dan ditanyakan mengenai identitas KTP dan nomor handphone. Syahrul sudah memperkirakan, Densus 88 sudah melakukan pendalaman dan tahu siapa saja orang-orang sekitar MNZ. 

Di dalam Homestay Mapala Sakai, tuturnya, ada lima orang, dua orang itu ia dan MNZ, satu lagi Afni, satu dua lagi adik-adik perempuan anggota Mapala Sakai. 

Tak hanya itu, Densus 88 juga menyita dan mengamankan busur, anak panah serta senjata angin, selama ini dipergunakan oleh MNZ aktivitas olahraga, seperti olahraga syariah lagi tren saat ini.