RIAU ONLINE, PANGKALAN KERINCI - Turap di desa kuala Panduk kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Roboh baru sebulan selesai dikerjakan. Ironisnya, proyek yang menelan anggaran dana desa sebesar Rp 300 juta ini ambruk.
Proyek pengerjaan turap ini dilakukan pada Desember 2017. Bangunan itu dibangun dengan tujuan sebagai penahan air di Sungai Kampar. Namun sayang, sudah itu hancur sebelum waktunya. Pada bagian lantai dan tembok penahannya, tiba-tiba amblas.
Menurut keterangan salah satu warga setempat, awalnya bangunan sepanjang 70 meter itu retak-retak. Lalu berangsung-angsur ambruk.
Sebenarnya, pada saat pembangunan turap tersebut oleh kontraktor pelaksana sampai 70 persen, sudah terjadi kerusakan serupa. Namun kembali diperbaiki dan pekerjaan dilanjutkan hingga selesai. Setelah pengerjaan tuntas dan anggaran dicairkan 100 persen.
"Kami masyarakat bukan mau mencari siapa yang salah ataupun yang kurang. Tapi bagaimana solusinya dengan kejadian seperti ini," keluh warga.
Menanggapi kondisi ini, Kepala Desa Kuala Panduk Kecamatan Teluk Meranti, Tomjon menyebutkan ambruknya tembuk penahan atau kerap disebut turap itu diluar perkiraan maupun prediksi awal.
Sebab setelah selesai dibangun tidak ada tanda-tanda keretakan ataupun rubuh. Namun sekitar empat hari yang lalu, lantai dan tembok penahan tiba-tiba amblas
"Itu dibangun dengan swakelola bersama masyarakat. Saya pastikan semuanya sesuai dengan spesifikasi dan dibawah pengawasan serta pendampingan," jelasnya lewat sambungan telepon, Selasa 30 Januari 2018.
Tomjon merincikan, awal proyek itu dimulai pihaknya pertama kali melakukan beberapa kali penimbunan. Tapi tanahnya tetap amblas hingga diturunkan alat berat untuk melakukan pengerasan.
Setelah dipastikan tanah tak menyusut lagi, pihaknya memulai pembangunan turap. Ditengah pengerjaan ternyata tanah amblas lagi dan mempengaruhi bangunan yang ada. Langsung dilakukan perbaikan terhadap kerusakan dan pembangunan dilanjutkan hingga tuntas.
Ia mengakui lantai semen yang dicor tidak memakai besi, seperti yang ada pada spesifikasi dan perencanaan. Namun penyebab utama ambruknya bangunan bukan karena hal tersebut.
Ia bersikukuh jika proyek yang rusak sebelum waktunya itu karena faktor alam.
"Menurut kami, ini murni karena alam atau bencana. Bukan pada kesalahan pekerjaan. Semua prosedur dan spesifikasi kami laksanakan di lapangan," tambahnya. (*/1)
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id