Jika Terlaksana, 5 Kesepakatan ini Bisa Menyelamatkan Sungai Kuansing

Seminar-berbasis-lingkungan-hidup.jpg
(Nanda Fadilla)

Laporan: NANDA FADILLA

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kerusakan terhadap Sungai Kuansing menjadi fokus dalam seminar bertema Sungai Sebagai Sumber Kehidupan Masa Depan yang berlangsung di Hotel Aryaduta Pekanbaru, Kamis, 2 November 2017.

Makin maraknya praktik Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Kuantan Singingi menjadi salah satu alasan yang membuat sungai di Kuantan Singingi menjadi tercemar dan membuat populasi ikan turun drastis.

Baca Juga!

Mirisnya, Sungai Kuansing Makin Rusak Karena Tambang Emas

Polisi Bakar Dompeng Penambang Emas Ilegal Di Kuansing

Salah satu langkah untuk menyelamatkan sungai di masa mendatang, antara lain perlu dibentuk dan ditandatangani lima Kesepakatan mengenai pembangunan berbasis lingkungan hidup.


"Pembentukan dan penandatanganan kesepakatan ini diharapkan agar pembangunan yang berbasis lingkungan hidup dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit. Selanjutnya dapat diimplementasikan serta dapat menjawab isu-isu mengenai lingkungan hidup disekeliling kita," ungkap Bupati Kuantan Singingi, Mursini.

Adapun yang menandatangani kesepakatan itu diantaranya Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman yang diwakili Asisten II Masperi, Dandrem 031/Wirabima Edy Natar Nasution, Kepala Kejaksaan Tinggi Riau, Kapolda Riau, Bupati Kuantan Singingi, Kepala DPRD dan Rektor Universitas Riau, Aras Mulyadi.

Adapun isi dari laima kesepakatan tersebut yakni:
1. Mewujudkan kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat didaerah aliran sungai, baik itu jangka panjang atau pendek.
2. Menghentikan seluruh kegiatan yang mempunyai dampak negatif yang besar terhadap lingkungan.
3. Memulihkan dan mengembalikan lingkungan yang rusak dan tercemar.
4. Mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber penghidupan masyarakat dimasa depan.
5. Membentuk kelompok-kelompok yang peduli terhadap lingkungan.

Selanjutnya, dalam 5 kesepakatan itu akan dirumuskan dalam bentuk lokakarya pembangunan berbasis lingkungan hidup pada tanggal 7 November 2017 mendatang.

Dalam seminar yang lebih memfokuskan pada Sungai sebagai sumber kehidupan masa depan, Rektor Universitas Riau (UR), Aras Mulyadi menjadi pembicara.

"Penyebab kritisnya sungai di Riau itu karena yang pertama yaitu perubahan tata guna lahan, pertambahan penduduk dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian Daerah Aliran Sungai (DAS)," jelas Aras Mulyadi.

Ia juga menambahkan Selain itu, pertumbuhan penduduk yang relatif cepat,sedangkan ketersediaan lahan tidak bertambah. Sehingga daya resapan lahan berkurang dan menyebabkan kerusakan di beberapa tempat," jelas Aras Mulyadi.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id