Haru! Sejumlah Anak Bongkar Celengan untuk Bantu Pengobatan Fizi

Balita-dengan-penyakit-kulit.jpg
(Azhar Saputra)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Rasa iba telah menggerakkan hati sejumlah anak-anak ini. Mereka rela memberikan uang tabungan mereka untuk Muhammad Alhafizi, balita 4 bulan yang menderita penyakit langka berupa kulit memerah dan terkelupas.

Suasana haru tampak ketika sejumlah anak-anak ditemani dengan orangtua ini mendatangi kediaman Alhafizi di Desa Lubuk Sakat, Kecamatan Perhentian Raja, Kampar pada Minggu, 27 Agustus 2017 sore.

"Iya ini anak-anak kami bawa kesini, mau memberikan uang tabungan mereka berupa uang koin. Anak-anak merasa iba melihat bayi ini, tadi disobek kaleng celengan (tabungan)," ujar‎ Elis (39), ibu dari Fiqih, warga Pekanbaru.

Memang balita Muhammad Alhafizi ini berasal dari keluarga menengah ke bawah. Musdianto (36) sang ayah tak memiliki pekerjaan tetap. Sehari-hari dia bekerja serabutan dan melakukan pekerjaan jika ada orang yang membutuhkan tenaganya.

Cobaan datang ketika putra bungsunya, Alhafizi terkena penyakit kulit. Saat lahir, sebenarnya anak ini normal seperti kakak-kakaknya. Barulah menginjak usia dua bulan, kulitnya memerah dan mulai mengelupas. Penderitaan sang bayi dimulai, ia hanya bisa menangis terus menahan pedihkan kulit yang terkelupas.

Berbagai upaya medis maupun non medis ditempuh keluarga ini. Mulai dari memberikan obat gatal, membawanya ke orang pintar, hingga ke rumah sakit umum Arifin Achmad di Pekanbaru. Akan tetapi, hingga kini penyakit Alhafizi belum sembuh juga.


Bayi Alhafizi atau disapa Fizi masih memerlukan proses perobatan rutin ke RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Setelah keluar dari Rumah Sakit tersebut pada Kamis 24 Agustus 2017 lalu, Fizi mulai berangsur sembuh. Namun, baru sehari di rumah, kulitnya kembali mengelupas dan memerah.

"Pihak RSUD bilang, anak saya harus dibawa kesana lagi, untuk diobati. Karena ini belum sembuh total, mudah-mudahan BPJS nya tidak ditolak lagi," kata Musdianto.

Sebab, saat keluar dari RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru tersebut, petugas Administrasinya menolak kartu BPJS Musdianto hanya gara-gara terlambat satu jam menyerahkannya. Alhafizi pun dimasukkan dalam kategori pasien umum.

‎Bahkan, Musdianto, ayah bayi tersebut dimintai biaya Rp 11 juta agar diperbolehkan pulang setelah perawatan anaknya selesai.

"Saya tunjukkan kartu BPJS itu ke bagian Administrasi RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru namun mereka bilang tidak berlaku. Karena saya telat satu jam, harusnya jam 3 sore kemarin, tapi saya serahkan jam 4," ucap Musdiyano.

‎Ia sempat bermohon agar RSUD Arifin Ahmad memberikan keringanan dengan menerima kartu BPJS yang baru dibuatnya saat bayi dirawat ke rumah sakit. Ketika itu, jarum jam menunjukkan pukul 16.00 wib.

"‎Bagian pendaftaran itu bilang ke saya, orang bagian administrasinya sudah pulang jam 3 sore. Seharusnya saya datang sebelum jam itu kata mereka, tapi saya waktu itu masih kalut menjaga anak saya, makanya telat satu jam. Ya tak diterima BPJS saya," keluhnya.

‎Akhirnya, Musdianto dan istrinya diminta untuk meninggalkan Kartu Tanda Penduduk di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, sebagai jaminan agar kembali lagi untuk membayar biaya rumah sakit.

‎"Kata pihak rumah sakit, anak saya termasuk pasien umum, jadi harus bayar Rp11 juta. Karena belum ada uang jadi pulang saja dulu kata pihak RS, tapi KTP saya ditahan," kata Musdianto.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline