Sederet Bangsawan Ini Rela Letakkan Mahkota Kerajaan Demi Cinta

MAHKOTA.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE - Darah bangsawan dan segala keeksklusifan membuat keluarga kerajaan nyaris tak tersentuh hal-hal yang lazim terjadi di kalangan rakyat jelata. Belum lagi aturan kerajaan yang mengikat sejak lahir. Saat beranjak dewasa, sederet tugas untuk mengabdikan hidup pada kerajaan pun menanti.

Fakta ini membuat anggota keluarga kerajaan tidak bisa sembarangan menentukan pilihan hidup, termasuk dalam memilih pasangan. Tak jarang mereka pasrah dengan perjodohan, namun tidak sedikit pula yang mengambil langkah mencengangkan hingga melawan aturan untuk menentukan pasangan hidupnya, menentang perjodohan yang berakhir dengan melepas gelar kebangsawanan.

Demikian yang terjadi pada beberapa anggota keluarga kerajaan dari sejumlah negara. Seperti yang dilansir dari Liputan6.com, berikut sederet anggota keluarga kerajaan yang meletakkan mahkota demi menikahi orang dari kalangan biasa.

Edward VIII

Edward VIII dari Inggris mengejutkan publik dengan keputusannya meninggalkan tahta pada 10 Desember 1936, demi Wallis Warfield Simpson, perempuan yang berhasil merebut hatinya. Padahal, Edward VIII belum genap satu tahun dimahkotai.

"Saya, Edward VIII, Raja Inggris, dengan ini menyatakan keputusan saya yang tak bisa dibatalkan, untuk meninggalkan tahta untuk diri saya sendiri dan juga untuk anak keturunan saya," demikian isi surat pengunduran diri yang ditulis Edward VIII.

Kamis, 10 Desember 1936, surat itu ditandatangani di hadapan saudara-saudara juga pengacaranya. Kala itu, ia bahkan belum secara resmi dinobatkan sebagai raja.

Satu hari berikutnya, Parlemen Inggris dan House of Lords (Dewan Kebangsaan) mengeluarkan 'Demise of the Crown', yang merupakan persetujuan akhir kekuasaan seorang raja, ratu, atau kaisar karena meninggal dunia atau menyerahkan kekuasaan alias turun tahta.

"Langkah dramatis itu (untuk turun takhta) menjadi klimaks sepekan penuh ketegangan, paling tegang yang pernah dialami Inggris sejak Perang Dunia I. Cinta sang raja pada Wallis Warfield Simpson, perempuan kelahiran Amerika Serikat yang dua kali bercerai dengan suami sebelumnya, adalah alasan mengapa ia turun takhta," demikian dilaporkan Canadian Press kala itu.

LIPUTAN6.COM

Keputusan Edward VIII turun tahta karena wanita cukup mencengangkan, karena masa mudanya dikenal sebagai playboy.


Pada Januari 1931 menjadi awal pertemuan Edward VIII dengan Simpson hingga beberapa kali pertemuan membuat benih-benih cinta itu tumbuh. Wanita asal AS itu bahkan sempat menjadi kekasih gelap sang putra mahkota, sebab saat itu ia masih berstatus istri orang.

Putra mahkota bernama Edward Albert Christian George Andrew Patrick David itu dinobatkan sebagai penguasa dari Wangsa Windsor setelah sang ayah, Raja George V mangkat pada 20 Januari 1936.

Pada 1 Desember 1936, Edward VIII mengungkapkan niatnya untuk menikahi Simpson pada PM Inggris, kala itu Stanley Baldwin. Namun, niat itu ditentang keras oleh Baldwin.

Geger tak terelakkan, hingga Kepala Gereja Inggris tak mengizinkan orang yang bercerai menikah lagi saat pasangannya masih hidup. Uskup Bradford dengan tegas mengeluarkan pernyataan menetang.

Sang raja ternyata tak menyerah, ia mengajukan "perkawinan morganatic", yang mengizinkan ia menikahi Simpson, namun istrinya tidak bakal menjadi ratu. Perdana Menteri menolaknya. Hingga akhirnya Edward VIII mundur, sebuah momentum yang dianggap sebagai kemenangan konstitusi.

Setelah turun tahta, Edward meninggalkan Britania Raya. Bersama wanita yang dicintainya ia menetap di sebuah vila di Cote d'Azur, Prancis. Pasangan ini menikah pada 3 Juni 1937. Bergelar Duke dan Duchess of Windsor, keduanya hidup bersama hingga akhir hayat. Edward meninggal dunia pada tahun 1972. Keduanya dimakamkan berdampingan di pemakaman kerajaan di Frogmore, Windsor.

Putri Mako

Keputusan Putri Mako (25) yang memilih melepas gelar kebangsawanannya demi menikahi seorang pria biasa mengejutkan publik Jepang. Mako adalah putri sulung dari Pangeran Akishino, yang merupakan anak kedua Kaisar Akishino dan Permaisuri Michiko.

Putri Mako (LIPUTAN6.COM)

Kei Komuro (25), adalah pria yang berhasil mencuri hati Mako. Ia bekerja di sebuah firma hukum dan tengah menempuh pendidikan pascasarjana. Kei cukup dikenal mengingat ia pernah tampil sebagai "Prince of the Sea" dalam sebuah iklan pariwisata pantai untuk mempromosikan kota Fujisawa yang terletak di selatan Tokyo.

Kei Komuro (LIPUTAN.COM)

Pertemuan keduanya terjadi pada 2012 di sebuah restoran. Ketika itu, keduanya tengah menempuh pendidikan di universitas yang sama, International Christian University di Tokyo.

Menurut hukum kekaisaran, seorang putri harus melepas gelar kebangsawanannya setelah menikahi pria biasa. Kabar bahagia dari Putri Mako ini disebut-sebut akan kembali menghidupkan perdebatan lama tentang suksesi kerajaan.

Dalam sejarah kekaisaran Jepang, putri menikahi pria biasa bukanlah hal yang asing, terlebih pada era modern. Sebelumnya, kisah serupa lebih dulu dialami Putri Sayako, seorang putri satu-satunya Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko dan anak ketiga setelah Pangeran Naruhito dan Pangeran Akishino.

Pada tahun 2005, Sayako memutuskan menikah dengan Yoshiki Kuroda, seorang perencana tata kota untuk pemerintah kota Tokyo. Pernikahannya keduanya berlangsung sederhana.

Jika ditarik jauh ke belakang, sejumlah putri Jepang juga menempuh langkah yang sama dengan Sayako dan Mako. Saat ini kekaisaran Jepang memiliki 19 anggota keluarga, dan 14 di antaranya adalah wanita.

Hukum kekaisaran hanya memungkinkan takhta diwariskan kepada anak laki-laki, sementara itu hanya ada tiga putra yang tersisa. Pertama adalah Putra Mahkota Pangeran Naruhito, adik laki-lakinya Akishino, dan seorang lagi putra Akishino, Pangeran Hisahito.

Selain Putri Mako, ada enam putri lain yang saat ini belum menikah, mereka juga akan kehilangan gelar kebangsawanan jika memilih menikahi orang biasa. Kemungkinan tersebut memicu kekhawatiran keluarga kekaisaran tidak memiliki cukup anggota untuk terus menjalankan tugas-tugas publik.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline