Laporan: Effendi
RIAU ONLINE, SIAK - Selama sepekan, 21-28 Maret 2017 silam, berada di Kabupaten Siak untuk meneliti gambut di daerah berjuluk Kota Istana tersebut, Guru Besar Chiba University kelahiran Indonesia, Prof Josaphat Sri Sumantyo, PhD, selalu memakai tanjak, penutup kepala bagi laki-laki dewasa Melayu.
Tak cukup hanya meneliti dan mengobservasi permukaan dan isi bumi, Josaphat juga mengunjungi satu-satunya Istana Kerajaan Melayu yang masih tegak berdiri di Bumi Lancang Kuning, Istana Siak.
Di sini, Istana Siak, kekaguman Guru Besar kelahiran Indonesia ini berlanjut. Ia melihat betapa megahnya Kerajaan Melayu hingga sekarang buktinya masih terpelihara dengan baik.
Baca Juga: Viral, Jadi Yatim Piatu, Bupati Syamsuar Cium Kening Lutfi Hakim
Kekaguman ini berlanjut tatkala ia mendapatkan penjelasan dari penjaga istana, bangunan ini masih asli seperti sedia kala, bahkan keramiknya pun masih asli terpajang pada setiap tiang di Istana tersebut.
GURU BESAR Satelit Mikro Chiba University, Josaphat Sri Sumantyo (berbaju putih) di depan Istana Siak. Di sebelah kanannya, perempuan Jepang penyandang gelar doktor, Ayaka Takahashi.
"Itu apa? Kenapa warga Siak memakai penutup kepala. Apa namanya," tanya Josaphat, seperti ditirukan mahasiswanya asal Siak, peraih gelar Summa Cumlaude di Chiba University, Husnul Kausarian, PhD, Minggu, 2 April 2017, kepada RIAUONLINE.CO.ID.
Husnul kemudian menceritakan, Profesor Josaphat lalu mendapat penjelasan mengenai tanjak, penutup kepala dipakai oleh laki-laki dewasa Melayu.
Ketakjuban Josaphat semakin meningkat ketika mengetahui filosofi bentuk Tanjak, terbuat dari bahan kain dengan berbagai motif itu memiliki fungsi sangat banyak.
Bentuk Tanjak berlubang di tengah kepala, tuturnya, memiliki fungsi sebagai tempat mengalir dan berkumpulnya angin, sehingga siapa memakainya tidak akan merasakan kepanasan.
Klik Juga: Di Kemendagri, Andi-Syamsuar Cipika-Cipiki. Pak Syam: Siak Boleh, Riau Bisa
Selain itu, lingkar Tanjak di sepanjang kening hingga ke belakang kepala memiliki fungsi sebagai penapis keringat secara otomatis, dampanya setiap orang memakai Tanjak, dapat dipastikan keningnya tidak akan berkeringat.
Selama sepekan di Kabupaten Siak, bersama dengan penyandang gelar doktor warga negara Jepang lainnya, Guru Besar di bidang observasi bumi ini meneliti bagaimana kandungan bumi di Siak.
Di sela-sela waktu rehat saat melakukan penelitian, Josaphat tak lupa menikmati suguhan keindahan alam dan budaya Melayu yang kental di negeri mengusung tagline The Truly Malay.
GURU BESAR Satelit Mikro Chiba University, Josaphat Sri Sumantyo (berbaju putih) dengan mengenakan Tanjak di kepalanya berfoto di depan Istana Siak. Di sebelah kanannya, perempuan Jepang penyandang gelar doktor, Ayaka Takahashi.
"Inilah negeri Siak, negeri yang luar biasa hebatnya. Rupanya inilah negeri pertama kali memberikan sumbangan sangat besar, modal bagi Indonesia merdeka dulu," tutur Josaphat.
Profesor Josaphat merupakan utusan dari Pemerintah Jepang ke Kabupaten Siak. Ini, tutur Husnul, implementasi dari perjanjian kerjasama antara Pemkab Siak-Pemerintah Jepang melalui Chiba University.
Perjanjian kerjasama tersebut telah ditandatangani pada November 2016 lalu. Josaphat merupakan ilmuwan dunia berdarah Indonesia yang menjadi satu-satunya orang berhasil menciptakan satelit berukuran mikro, ang tidak lama lagi akan mengorbit di atmosfer bumi.
Lihat Juga: Jembatan Terindah Ini Bukan Di Amerika, Tapi Hanya Ada di Kabupaten Siak
Selama sepekan di Siak, pengamatan RIAUONLINE.CO.ID, Josaphat terlihat sumringah dan bahagia berjalan menikmati indahnya alam Siak dan megahnya infrastruktur di sana.
"Siak bukan tidak mungkin menuju negeri yang makmur dan maju, mengingat tatanan kota serta masyarakatnya menunjukkan hal baik sekali, lebih siap maju," pungkasnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline