RIAU ONLINE - Istana Negara yang juga disebut Istana Kepresidenan RI, dulunya bernama Istana atau Paleis Rijswijk. Kini, menjadi tempat Presiden RI menerima kunjungan resmi para kepala negara maupun pemerintahan negara sahabat.
Awalnya, bangunan yang dibangun pada 1796 itu bukan milik pemerintah kolonial, melainkan pribadi seorang Belanda bernama J A van Braam.
Pada 1820, bangunan ini sempat disewa oleh pemerintah kolonial sebagai pusat pemerintahan. Setahun kemudian, bangunan itu dibeli dan dijadikan sebagai kediaman para gubernur jenderal jika sedang ada urusan di Batavia, kini Jakarta.
Di tangan pemerintah Kolonial, gedung ini justru diubah namanya menjadi Hotel van den Gouverneur-Generaal. Sebab, gedung itu jarang didiami sang gubernur jika tidak ada urusan di Batavia, mereka lebih memilih untuk tinggal di Istana Buitenzorg (Bogor).
Bentuk bangunan Paleis Rijswijk antara tahun 1857-1872 (WIKIPEDIA)
Bangunan ini menjadi saksi saat sistem tanam paksa atau cultuur stelsel ditetapkan Gubernur Jenderal Graaf van den Bosch. Kemudian, penandatanganan Persetujuan Linggarjati pada 25 Maret 1947, saat itu Indonesia diwakili Sutan Syahrir dan pihak Belanda diwakili oleh H.J. van Mook.
Dilansir dari Okezone.com, dulunya bangunan seluas 3.375 m2 ini bergaya Yunani Kuno berlantai dua yang dilengkapi lima jendela besar di bagian tengahnya.
Interior dalam Paleis Rijswijk tahun 1920-an (WIKIPEDIA)
Hingga pada 1848, atap gedung itu dibongkar dan bagian depan lantai bawahnya dibuat lebih besar agar memberi kesan lebih resmi, seperti saat ini. Hingga kini, bentuk perubahan 1848 inilah yang bertahan tanpa adanya perubahan lagi, seperti dilansir dari Wikipedia
Paleis Rijswijk ini mulai sesak sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal J.W. van Lansberge tahun 1873 dibangunlah istana baru pada kaveling yang sama, Istana itu dinamakan Paleis te Koningsplein atau Istana Gambir. Setelah Indonesia merdeka, istana ini dikenal dengan nama Istana Merdeka.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline