RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, tak sungkan belajar mendirikan dan mengembangkan pendidikan muslim dengan belajar ke pendidikan dikelolah umat Katolik.
Sejak awal KH. Ahmad Dahlan menekankan organisasi ia bentuk bukanlah organisasi bergerak di bidang politik. Namun, bergerak di bidang sosial dan terutama pendidikan. Di sini jelas Ahmad Dahlan akan menjadikan Muhammadiyah sebagai sarana berdakwah dan pendidikan dengan membawa ideologi pembaruan Islam.
Saat merintis dan membangun sekolah berbasis agama, KH Ahmad Dahlan, ia berkunjung ke sekolah sahabatnya seorang pastor Katolik berdarah Belanda bernama Pastur van Lith. Persahabatan Dahlan dengan pastor tersebut untuk berdialog, dan berdiskusi bagaimana memajukan pendidikan pribumi di zaman Belanda.
Baca Juga: Indahnya Cerita Persahabatan Bapak Bangsa Ini, Antara Buya Natsir, IJ Kasimo dan Aidit
Van Lith merupakan pastor pertama yang diajak dialog oleh Dahlan. Pastor van Lith di Muntilan, merupakan tokoh di kalangan agama Katolik. Pada saat itu, Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.
"Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan berkunjung ke Kolase Xaverius dalam rangka mengembangkan pendidikan. Ia mendatangi pastoran di Muntilan dan berdialog tentang pendidikan yang bermartabat dan memanusiakan manusia," kata mantan Menteri Pendidikan dan Agama, Malik Fadjar, dalam Agama dan Pendidikan Klaim Kebenaran Harus Dijauhi, Kompas, 12 Agustus 2009, yang dimuat dalam buku Politik Bermartabat, Biografi IJ Kasimo, karangan JB Soedarmanta.
Setelah mengunjungi Muntilan, KH Ahmad Dahlan terinspirasi mendirikan sekolah bagi umat Islam, yaitu Muallimin, di Yogyakarta, tahun 1918. Pada madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta didirikan KH Ahmad Dahlan tersebut diberi nama Qismul Arqa, di Kampung Kauman, Kota Yogyakarta.
Klik Juga: Kopassus Serang Halim Perdanakusuma Usai Terima Laporan Kostrad Bakal Dibom
Sepanjang sejarahnya, Madrasah Al-Qismul Al-Arqa mengalami beberapa kali perubahan nama. Secara kronologis, perubahan nama ini dimulai dari Madrasah Al-Qismul Ak-Aqsa, kemudian Hogere Muhammadijah School, lalu Kweekschool Islam, dan menjadi Kweekschool Muhammadijah.
"Nama Kweekschool muncul dalam pikiran KH Ahmad Dahlan setelah ia berkunjung ke Kweekschool Katolik di Muntilan," tulis JB Soedarmanta dalam bukunya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline