Ayah Meninggal, Ibu Kabur, Dua Bocah Ini Hidup Belas Kasihan Tetangga

Efrizal-dan-Wendi.jpg
(topriau.com)

RIAU ONLINE, BANGKINANG - Usai meninggalnya sang ayah, kakak beradik ini, Wendi (14) dan Efrizal (10), bergantung hidup dengan mengandalkan belas kasihan tetangga sekitar mereka tinggal di Desa Ridan Permai, Kecamatan Bangkinang Kota, Kabupaten Kampar. 

 

Tak hanya mengandalkan belas kasihan tetangga semata saja, Wendi dan Efrizal juga harus putus sekolah. Sedangkan ibu kandung keduanya, entah dimana keberadaannya saat ini, pergi usai cerai dengan almarhum ayahnya. 

 

Kedua kakak adik itu tinggal di rumah kayu reot dengan seng sudah berubah warna menjadi kecoklat-coklatan berkarat. Dinding rumah papan itu sudah lapuk dimakan usia, di sana-sini sudah bolong, seolah tak mampu menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam rumah.

 

Baca Juga: Suami Ini Ngaku Diikuti Istri yang Telah Ia Bunuh

 

Hal serupa juga terjadi dengan atap rumahnya, sudah tua, terlihat sinar matahari masuk dari atas hingga ke lantai rumah. Dilansir dari topriau.com, Efrizal, bocah 10 tahun ini tak mampu menyeka air matanya menahan kesedihan saat dijumpai. 

 

Rumah Papan Tempat Tinggal Wendi dan Efrizal


 

Alas tempat tidur digunakan tidak jauh beda menyedihkan, karena sudah dipenuhi kapas yang keluar dari sela-sela sobekan kasur berwarna merah muda tersebut.

 

Mengalihkan pandangan ke bagian belakang rumah, terlihat satu kompor minyak tanah dan beberapa piring serta gelas sudah kotor. Gubuk yang mereka tempati ini, merupakan peninggalan sang nenek, sekeliling rumah mereka berbatasan langsung dengan dinding rumah milik warga. Bahkan menuju rumah kedua bocah malang ini, harus melalui samping rumah warga.

 

Kondisi ini terpaksa mereka lakoni setelah di tinggal mati oleh ayah kandungnya, sementara sang ibu, pergi entah kemana setelah menikah lagi dengan laki laki lain.

 

"Kami terpaksa tinggal di rumah peninggalan nenek semenjak ayah meninggal, sementara ibu hingga saat ini tidak tahu keberadaannya karena bersuami baru," cerita Wendi.

 

Klik Juga: Aktivis Lingkungan Riau Desak Gubernur Andi Rachman Cabut Penghargaan ke RAPP dan Indah Kiat

 

Keduanya juga harus putus sekolah, karena tidak ada lagi yang membiayai mereka.Untuk hidup sehari-hari, Wendi dan Efrizal harus bekerja memasang tenda, itu pun kalau ada order, selebihnya terpaksa mengharap belas kasihan tetangga.

 

Kondisi Rumah Wendi dan Efrizal Tinggal

 

"Sudah satu tahun ini saya berhenti sekolah karena tidak ada biaya," kata Wendi dengan nada lirih.

 

Ironisnya kedua bocah yang masih di bawah umur tersebut sedikitpun tidak tersentuh oleh bantuan dari Pemerintah Kampar (Pemkab) selama ini mendegungkan program zero kemiskinan dan zero rumah rumah kumuh.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline