RIAU ONLINE, PEKANBARU - Tetik matahari di atas kepala terasa panas di kepala hingga membuat kepala pening jika berlama-lama tak cari tempat teduh. Namun bagi Ida, seorang pedagang sayur di Pasar Senapelan, Jalan Teratai, terik matahari adalah hal sepele yang tak mengganggunya meski ia berjemur sepanjang hari.
Berjemur di terik matahari baginya sudah biasa sehingga tak memberi efek kepala pening. Lokasi jualannya yang tergelar di trotoar jalan tanpa atap apapun, membuat dirinya tak punya pilihan lain untuk berteduh dari matahari yang kadang membuat dirinya lebih cepat lelah ketimbang hari mendung.
"Kita sudah jualan tujuh tahun di sini, panas matahari itu udah biasa. Paling kalau hujan saja kita baru repot harus meneduhkan barang jualan kita," cerita Ida sambil melantai di trotoar ketika berbincang dengan RIAUONLINE.CO.ID, Jumat, 11 November 2016.
Ida adalah satu dari ratusan pedagang kaki lima yang berjualan secara tak tertib karena menggunakan trotoar jalan bahkan beberapa pedagang menggunakan ruas jalan untuk berjualan menjajakan jualannya.
Baca Juga: Mengungkap Sisi Gelap Media Sosial Tumbuhkan Prostitusi Online Anak-anak 1
Meski sudah dilarang berjualan di sana dan Pemerintah Kota Pekanbaru telah menyediakan tempat lebih layak dan bersih untuk direlokasi dengan nama "Pasar Higienis" pedagang masih keras kepala dan menolak dipindahkan ke tempat baru yang lengkap dengan fasilitas kebersihan, tempat teduh, listrik serta gratis.
Bahkan pada Bulan September 2016 lalu, Pemko Pekanbaru melakukan penertiban secara rutin selama sepekan untuk memastikan tak ada pedagang kaki lima yang berjualan di ruas jalan ataupun trotoar jalan karena mengganggu kerapian kota serta membuat macet kendaraan.
"Kemarin sempat pindah memang ke dalam (Pasar Higienis) selama beberapa minggu. Tapi karena di sana sepi dan tak semua pindah ke dalam, kita keluar lagi dan berjualan di tempat yang lama," tukas Ida.
Pedagang lain yang ada di dalam Pasar Higienis akhirnya juga memilih kembali ke trotoar karena alasan sepi pembeli. Apalagi Pemko Pekanbaru dan Satpol Pamong Praja tak lagi melakukan penertiban selepas sepekan penertiban besar-besaran dulu.
Akhirnya Pasar Higienis kini lengang tak berpenghuni karena ditinggalkan seluruh pedagangnya. Hanya terlihat satu pedagang ikan saja yang memilih bertahan di dalam. Katanya, lapaknya yang lama sudah digusur sebelumnya.
Klik Juga: Mengungkap Sisi Gelap Media Sosial Tumbuhkan Prostitusi Online Anak-anak 2
Dirinya menjelaskan bahwa pendapatannya memang berkurang selama ia berjualan di dalam. "Lagi pula kita malas kejar-kejaran dengan Satpol PP lagi," jelas lelaki yang dipanggil Ucok.
Para PKL ini beralasan menolak pindah dikarenakan pemerintah tak serius melakukan relokasi karena masih banyak PKL yang berada di luar. Selain itu Pemko Pekanbaru tak menyediakan tempat sesuai dengan jumlah PKL yang mencapai 500 an pedagang.
"Gimana mau pindah kalau setengah-setengah. Yang pindah ke dalam yang kasihan karena pembeli lebih milih belanja di luar yang ada di pinggir jalan karena cepat dan praktis. Itu alasan kami masih lebih milih di luar," ucap Ida membela diri.
Meski mengetahui bahwa PKL kini telah kembali tumpah ruah berjualan di sisi jalan dan trotoar Jalan Teratai, namun Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru tak lagi akan melakukan penertiban seperti bulan September 2016 lalu.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline