Pasca Demo 411, IPW: Polri Arogan, Main Tangkap dan Jemput Paksa Aktivis HMI

2-pemuda-yang-diduga-provokator.jpg
(FACEBOOK FANPAGE AA GYM/TARBIYAH.NET)

RIAU ONLINE - Penangkapan aktivis HMI pasca demo 411 oleh jajaran kepolisian telah memunculkan kegaduhan baru. Terlebih upaya penangkapan yang dilakukan aparat kepolisian lebih mengedapankan arogansi kekuasaan.

 

Indonesia Police Watch (IPW) mengingatkan, bahwa demo 411 yang dilakukan oleh aktivis HMI bersama para ustad, habib, ulama, dan ratusan ribu umat Islam lainnya karena proses hukum Ahok yang dilakukan Polri dinilai lamban.

 

"Ketika aktivis mahasiswa berdemo dan terjadi benturan, kenapa mereka yang cenderung dikriminalisasi dan langsung ditangkap," kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane melalui siaran pers yang diterima RIAUONLINE.CO.ID, Selasa, 8 November 2016.

 

Sementara, menurut Pane, sumber masalahnya, Ahok dituduh menistakan agama cenderung dipolemikkan Polri dan kepolisian tidak main tangkap dalam kasus Ahok.

 

Semula, Polri sudah bekerja profesional, proposional dan elegan dalam menangani kasus demo 411. Namun pasca demo 411, IPW mempertanyakan sikap aparat kepolisian yang justru mempertontonkan arogansi, main tangkap dan jemput paksa.


 

"Kenapa Polri cenderung menggunakan cara-cara Orde Baru dalam menghadapi aktivis mahasiswa," kata Neta.

 

Seharusnya Polri, lanjut Neta, menyadari bahwa peran mahasiswa dan aktivis sangat besar dalam menumbangkan kekuasan Orde Baru hingga nasib Polri bisa seperti saat ini.

 

"Jika Polri benar-benar bekerja profesional, tentu tidak ada diskriminasi. Dalam menangani kasus Ahok misalnya, Polri juga harus bekerja secepat menangkapi aktivis HMI," ujar Neta.

 

Selain itu, ia juga menegaskan, Polri harus mengusut rekaman video yang beredar di masyarakat terkait adanya pejabaat Polri yang memprovokasi massa ormas keagamaan untuk menyerang aktivis HMI. "Tapi kenapa video ini tidak diusut dan malah aktivis HMI yang dikriminalisasi," lanjutnya.

 

IPW berharap jajaran Polri bekerja dapat profesional dan proporsional serta tidak mengedepankan arogansi, sehingga tidak akan menimbulkan kegaduhan baru.

 

"Jika mengedepankan arogansi, dengan cara menangkapi aktivis HMI, Polri bisa dituding tidak independen dan cenderung mengalihkan perhatian publik dari kasus Ahok," ujarnya.

 

Neta menegaskan, dampak dari tindakan menangkapi aktivis HMI secara arogansi bukan mustahil akan muncul masalah baru, yakni mahasiswa dan aktivis akan melakukan aksi demo untuk mengecam Polri. "Ujung-ujungnya bisa membenturkan polisi dengan mahasiswa, yang merusak citra Polri," tutupnya.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline