Tidak Akan Mati Radio Jika Programnya Mengena di Hati

Forum-Diskusi-Radio-FDR-Summit.jpg
(ISTIMEWA)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Meski masa keemasan Radio sebagai media massa telah berlalu, bukan berarti industri radio di tanah air sedang menuju 'sunset' alias tenggelam ditelan peradaban zaman.

 

Jika radio mampu menghadirkan program-program yang menarik dan dibutuhkan pendengarnya, radio diyakini tetap memiliki pengaruh yang kuat sebagai sumber informasi dan inspirasi bagi pendengarnya.

 

Ketua Bidang Pendidikan dan Litbang Persatuan Radio Siaran Nasional Indonesia (PRSSNI), Candra Novriadi dalam pertemuan para praktisi radio se-Indonesia berkumpul di Pekanbaru, Jumat (4/11) hingga Minggu (6/11) di kota Pekanbaru, yang bertajuk Forum Diskusi Radio (FDR) Summit dan dihadiri hampir kurang lebih 100 praktisi penyiaran, mengungkapkan kehadiran televisi dan internet diakui memang menggerus jumlah pendengar radio.

 

Dampaknya terlihat pada berkurangnya pemasukan industri radio dari para pengiklan. Namun, menurutnya, berkurangnya pendengar radio lebih banyak disebabkan oleh ketidaksiapan para pengelola radio menghadapi perubahan yang terjadi.

 

"Buktinya masih banyak radio yang mampu bertahan bahkan meningkat pendengarnya karena mampu menghadirkan acara-acara yang sesuai dengan kebutuhan pendengar," kata Candra, melalui siaran pers yang diterima RIAUONLINE.CO.ID, Senin, 7 November 2016.

 

Menurut Candra, para pengelola radio harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi komunikasi, seperti dengan memanfaatkan media sosial sebagai cara berkomunikasi dengan pendengarnya.

 

Senada dengan Candra, Managing Director MNC Radio Network, Denni J Sompie mengingatkan para pengelola radio untuk mengenali para pendengar radio saat ini. Sebab, kara Denni, karakter pendengar radio saat ini jauh berbeda dibandingkan dengan pendengar beberapa tahun lalu.

 

Menurutnya, para penyiar sebagai ujung tombak radio dalam mengantarkan berbagai program acara harus memiliki kualitas yang mumpuni aagar para pendengar memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi kepada radio itu.

 



Untuk itu, Pati Perkasa dari Instereo Radio Consultant memberikann tips dan trik merancang program-program radio yang lebih kreatif.

 

"Kreativitas bukan hanya dari program yang diudarakan, tapi juga dalam mempromosikan brand radio itu sendiri," kata pati.

 

Pati memberikan beberapa contoh membangun ikatan (engagement) yang kuat antara pendengar dan radio dengan membuat tayangan video unik dan menarik yang disebarkan via media sosial Youtube.

 

Sementara, Agus Sunarto dari Voice Of America (VOA) program Bahasa Indonesia berbagi kisah suksesnya dalam meningkatkan jumlah pendengar. Agus menuturkan program yang bermanfaat selalu mendapat tempat dan diminati para pendengarnya. Dampaknya, meningkatnya jumlah pendengar acara VOA yang diputar di radio-radio

 

"Misalnya, kita selalu menyajikan informasi seputar orang-orang Indonesia di Amerika, tentang bagaimana mereka sukses membangun bisnis, mengatasi kesulitan di dunia kerja di negeri orang, serta program-program inspiratif lainnya. Informasi seperti ini jauh lebih disukai pendengar dibanding berita soal presiden Amerika," kata Agus.

 

Cerita sukses lain dalam mengikat hati pendenngar juga disampaikan Errol Jonaathans dari Radio Suara Surabaya. Menurutnya, radio harus mampu menjembatani keluhan dan aspiirasi masyarakat dengan berusaha mencarikan solusi lewat program yang diudarakan.

 

"Dengan adanya engagement yang kuat antara pendengar dan radio, maka radio tersebut bakal dapat terus eksis, inilah yang selama ini dilakukan Radio Suara Surabaya," ujarnya.

 

FDR Summit yang digelar untuk kesembilan kalinya ini dimanfaatkan sebagai wadah silahturahmi dan berbagi pengalaman para insan radio di tanah air. Selain mendapatkan materi dari para narasumber, para peserta juga saling berbagi informasi mengenai tren dan perkembangan radio di daerah masing-masing.

 

Menurut Presiden FDR, Harley Prayudha, dibentuknya perkumpulan ini diinisiasi sejumlah praktisi radio yang memiliki kepedulian yang tinggi untuk terus mempertahankan eksistensi radio di tengah arus perubahan.

 

"Ini bukan organisasi dengan struktur yang ditata sedemikian rupa, namun ini adalah perkumpulan orang-orang yang punya semangat yang sama untuk terus memajukan dunia radio. Dan ternyata kami dapat terus berkumpul setiap tahun dengan jumlah yang terus bertambah," katanya.

 

"Ini bukan organisasi dengan struktur yang ditata sedemikian rupa, namun ini adalah perkumpulan orang-orang yang punya semangat yang sama untuk terus memajukan dunia radio. Dan ternyata kami dapat terus berkumpul setiap tahun dengan jumlah yang terus bertambah," katanya.

 

Ajang FDR Summit memang tergolong unik. Para anggota FDR dengan swadaya membiayai sendiri kegiatan ini, bahkan mereka yang didaulat sebagai narasumber juga membiayai diri mereka sendiri untuk datang ke Pekanbaru.

 

"Ini yang membedakan FDR Summit dengan kegiatan sejenis, para peserta dan narasumber yang hadir membiayai diri mereka sendiri untuk hadir. Panitia setempat hanya mencari sedikit tambahan dana untuk operasional acara saja," kata Ketua Panitia FDR Summit IX, Satria Utama Batubara.

 

Semoga semangat para 'Taliban' radio ini tetap terus terjaga sehingga dapat senantiasa menghasilkan sumbang saran yang bernas bagi kemajuan dunia radio di tanah air.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline