Miris, Inilah Surat Kekecewaan Bocah Miskin Penderita Tumor untuk Menkes

bocah-Pendertia-Tumor.jpg
(FACEBOOK AFNI ZULKIFLI)

RIAU ONLINE - Jaka Juliadi, bocah 10 tahun yang sejak bayi tumor pembuluh darah di tangan kiri. Ibunya sudah meninggal, sedangkan sang Ayah memilih untuk menikah lagi dan pergi.

 

Penderitaan bocah yang duduk di kelas 4 SDN Sungai Rimbang Suliki, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat ini menggugah hati seorang wartawati Padang baik hati bernama Dewi.

 

Dewi bahkan rela meninggalkan suami dan dua anaknya, demi mendampingi Jaka berobat ke RSCM Jakarta. Namun, proses penanganan yang sudah hampir sebulan di sana memakan waktu yang sanga lama. Nyaris dikatakan luntang lantung.

 

Kini Dewi dihinggapi kebimbangan, sebab sudah hampir satu bulan ia meninggalkan Padang. Jika ia kembali, siapa yang akan menemani Jaka di Jakarta?

 

Dewi sangat menyesalkan lambatnya penanganan bagi warga tak mampu yang dibiayai negara. "Saya sudah pengalaman ngurus yang beginian. Penanganan lelet untuk orang tak mampu dan dibiayai Negara (padahal itu amanat nyata dalam UU). Kadang kesal sendiri, mengapa harus ada beritanya dulu baru dikasi perhatian," kata Dewi.

 

Jaka yang tak mampu berbuat banyak untuk kesembuhan menuliskan surat untuk Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek. Berikut curahan kesedihan Jaka, dilansir dari Fecebook Afni Zulkifli

 

Jaka Juliadi, bocah 10 tahun yang sejak bayi tumor pembuluh darah di tangan kiri (FACEBOOK Afni Zulkifli)

 

Yang terhormat Ibu Menteri Kesehatan
Kemenkes Indonesia Merdekaaaaa!!!


 

Ibu Nila F Moeloek yang berdarah Minang yang terhormat.

Secercah surat buat bu Menteri.

 

"Jika ibu ke Kirana sudilah kiranya ibu singgah ke BCH"

Keahlian Ibu di Bidang mata adalah apresiasi untuk seluruh bangsa, kekuatan mata hati ibu saya yakin lebih tajam lagi melihat hal-hal yang terjadi di sini di bangsal ini. Karena mata dan mata hati selaras diciptakan Allah.

 

Ibuku sayang Ibu Menteri Nila Moeloek, hari ini Ibu adalah wakil dari orang tua kami para anak bangsa yang kesusahan.

Yang sakit, yang tidak sehat, yang tidak normal, di banding kawan-kawan kami lainnya.

Tangan kami kena tumor, bengkak, besar, pipi kami besar, kaki kami harus di amputasi.

Mata kami buta tumor, kanker kelamin kami tak punya anus kaki kami bengkok bu tangan enggak punya jari-jari sebagian dari kami, Orang tua kami pun sudah tiada sudah dipanggil Allah.

 

Benar semuanya dari Allah bu.
Kami meradang bu berminggu bahkan berbulan-bulan baru dapat kamar untuk dirawat sama suster-suster cantik, baik hati, dokter-dokter yang baik hati.

 

Kami sabar bu menunggu kapan tangan, kaki, wajah kami bisa normal seperti teman-teman lainnya itu. Orang tua kami memang Miskin bu, beruntung Bapak Presiden kasih Jaminan kesehatan kami di rawat di Rumah sakit dibayarin oleh Anggaran Negara.

 

Tapi apa memang begitu yaa bu?
Kenapa bu kami harus bertambah sakit menunggu, menunggu waktu untuk bisa sehat. Selalu dijanjikan waktunya, terkesan mengulur-ulur karena kami dibayarin menambah sakit kami bu, stress

 

Mungkin ibu tidak tau kondisi ini, karena Ibu dalam keadaan sibuk, banyak hal yang harus di kerjakan, merumuskan kebijakan, mentransfer ilmu-ilmu kesehatan di UI dan sebagainya. Sesekali ibu silahkan turun cek lapangan bagaimana tim ibu bekerja.

 

Ibu hebat seorang anak bangsa yang sangat membanggakan Indonesia, kami kalau sehat dan sempurna anggota tubuh ini bu, ingin jadi seperti bu Menteri. Jangan lupakan kami yang di sini bu.

 

Di bangsal- bangsal kami dirawat, menunggu, menunggu dan menunggu. Kami pun tak tau apa yang di tunggu, kami tidak mengerti, belum paham dengan urusan orang dewasa. Mungkin begitu bu. 1 keinginan kami untuk bisa sehat dan normal, katanya kami Generasi Penerus Bangsa dan Agama????

 

Salam Rindu dari kami, anak-anak bangsa di bangsal RSCM.

Ttd

 

Jacki CS

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline