Laporan: Azhar Saputra
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Konselor Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Pekanbaru, Herlia Santi geram terhadap pemberitaan media terkait kekerasan anak dan perempuan yang akhir-akhir ini tidak mengedepankan etika dan moral.
Pasalnya, penulisan pemberitaan terkait kekerasaan anak dan perempuan tersebut tidak ada lagi filter sehingga terkesan menyudutkan anak dan perempuan yang membuat korban malah semakin terpuruk.
"Waktu itu saya juga pernah komplain tentang penulisan kejahatan terhadap anak. Seperti nama,alamat, sekolah itu jelas semua. Salah satunya kasusnya anak yang disuruh orang tuanya mengemis. Itu kan gamblang sekali," ucapnya geram kepada RIAUONLINE.CO.ID, Kamis, 15 September 2016.
Santi menegaskan, pihaknya sempat memberikan komplain terkait penulisan berita yang menyebutkan identitas korban secara terang-terangan.
Baca Juga: Kasus Kekerasan Seksual Pada Anak Marak Terjadi di Pekanbaru
"Saya sempat komplain kenapa penulisannya disebutkan satu persatu seperti itu. Sebenarnya saya yakin di pers sendiri sudah ada kode etik dalam penulisan itu," lanjutnya
Santi berharap media pemberitaan baik cetak, online, televisi dan radio dapat mengedepankan azas-azas kemanusiaan terhadap korban kekerasan anak dan perempuan.
"Mereka itu kan sudah korban oleh si pelaku tapi mau tidak mau dijadikan korban lagi oleh media. Bagaimana juga rasanya seperti itu mereka jadi bahan perbincangan," tutupnya marah.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline