RIAU ONLINE, PEKANBARU - Dugaan eksploitasi anak yang dialami oleh dua bocah Pekanbaru berinisial SAS dan NA akhirnya tercium kepolisian.
Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Kepolisian Resor Kota Pekanbaru langsung menyelidiki dugaan eksploitasi anak dengan modus menjadi pengemis jalanan yang dilakukan oleh ibu kandung.
"Kita telah mengamankan lima anak dan seorang orang tua kandung mereka. Kita masih dalami dugaan kekerasan maupun eksploitasi tersebut," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Pekanbaru, Kompol Bimo Aryanto Pekanbaru, Jumat.
Ia mengatakan pihaknya masih terus memeriksa dan mengumpulkan bukti serta memeriksa sejumlah saksi untuk membuktikan adanya dugaan eksploitasi anak tersebut.
Petugas masih terus memeriksa intensif ibu kandung dari anak-anak yang diduga dieksploitasi menjadi peminta-minta di jalanan Pekanbaru di ruang PPA. (KLIK: Gang Duyung, Rumbai, Pekanbaru, Ada 15 Warganya Hidup Mengemis)
Nandha Pratama, Bidang Pelayanan Komnas PA Riau mengatakan bahwa selain memeriksa ibu korban berinisial EO (37), petugas juga membawa serta empat anak kandung dan seorang anak adopsi yang juga diduga dieksploitasi. Keempat anak kandung EO itu adalah Ca (15), NA (10), SAS (8), dan Ir (6). Dikatakan Pratama, satu-satunya anak EO yang perempuan adalah SAS.
Menurut Pratama, terungkapnya dugaan eksploitasi anak itu berawal dari laporan guru Sekolah Dasar (SD) tempat dua dari empat anak EO belajar. Dua anak EO yang saat ini bersekolah di salah satu SD Negeri di Jalan Nelayan, Rumbai, Pekanbaru itu adalah SAS dan NA.
"Gurunya sering melihat kedua anak itu tidur saat belajar," ujarnya.
Berawal dari hal tersebut, guru kelas NA dan SAS langsung memeriksa kedua siswanya. Pengakuan kedua siswanya itu cukup mengejutkan lantaran mereka mengaku dipaksa oleh orang tuanya meminta-minta sepulang sekolah. (BACA: Uang Sumbangan Untuk Bocah Pengemis, Dipakai Beli Behel Ibunya)
"Mereka itu diduga dipaksa meminta-minta sepulang sekolah di perempatan lampu merah SKA (salah satu mall di Pekanbaru yang berjarak 15 Kilometer dari kediaman korban). Mereka ditargetkan untuk mendapatkan Rp100 ribu perhari," ujarnya.
Untuk mendapatkan uang itu, ujar Pratama, NA dan SAS itu harus mengemis keliling kota Pekanbaru dan pulang hingga tengah malam. "Mereka mengemis dengan berjalan kaki tanpa sendal. Akibatnya kaki mereka melepuh," ujarnya.
Selain itu, di sejumlah bagian tubuh mereka juga terlihat luka lebam bekas pukulan. "Bisa dilihat bagian wajah, paha, bekas pukulan yang membiru," urainya.
Saat ini, polisi masih terus menyelidiki perkara tersebut dengan memeriksa intensif EO dan anak-anaknya serta saksi-saksi.