Gang Duyung, Rumbai, Pekanbaru, Ada 15 Warganya Hidup Mengemis

Rumah-Petak-Tempat-Tinggal-Kakak-Adik-Pengemis.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ZUHDY FEBRIYANTO)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Gadis kecil yang dipaksa ibunya mengemis, SA (8) serta saudara lelakinya NAB (9) memang sering dipukuli oleh ibunya jika sedang ada di rumah. Bahkan tetangga-tetangganya sering mendengar jeritan mereka ketika dipukuli oleh ibunya.

 

Mereka tinggal di rumah kontrakan petak 6 pintu, seluruhnya rumah kayu dengan bentuk panggung di bawahnya. "Sudah sekitar empat tahun keluarga mereka tinggal di sana," ujar Ketua RT tempatnya tinggalnya, Armidi ketika ditemui di kediamannya, Jumat, 1 April 2016.

 

Keluarga ini beralamat lengkap di jalan Tirtonadi, gang Duyung Rumbai Nomor 3, Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai. Rumah tersebut terletak di sebuah gang sempit dengan kondisi jalan tanah dan hanya bisa dilalui satu sepeda motor saja. Perbulannya, rumah tersebut dibayar dengan harga Rp300 ribu dengan listrik berbagi dengan tetangga. (KLIK: Uang Sumbangan Untuk Bocah Pengemis, Dipakai Beli Behel Ibunya)

 

Menurut Rukmi, salah seorang tetangganya yang tinggal di muka gang Duyung Rumbai, setiap sore Emi yang merupakan ibu kandung dari SA ini membawa SA, NAB dan adik kecilnya yang masih balita keluar dengan sepeda motor. "Mereka pulangnya selalu malam. Kadang kasian kalau anak-anak sekecil mereka itu dibawa mengemis, apalagi sampai dipaksa," pungkasnya.


 

Tetangga-tetangga Emi sudah lama tahu kalau Emi bekerja hanya dengan cara meminta-minta. Hal itu sudah lama dilakukannya karena keuangan dari suaminya dirasa tak mencukupi kebutuhan keluarganya. (BACA: Ibu Yang Suruh Anaknya Jadi Pengemis Itu Diperksa Polisi)

 

Menurut Ibu RT 03/ RW 06, Rosmi menuturkan di lingkungan RT nya, ada sekitar 15 orang berprofesi sebagai mengemis. Hal tersebut sudah mulai menjadi pekerjaan yang diminati oleh penduduk setempat. "Mengemis ini kan mudah, tak perlu kerja sampai terlalu capek, tinggal jalan terus minta sama orang, hasilnya sudah bisa mencukupi keluarganya," paparnya.

 

Kebiasaan tersebut dimaklumi oleh Rosmi mengigat lingkungannya masih minim pendidikan sehingga tak perlu memikirkan marwah dan martabat mereka. "Yang penting bagi mereka itu bagaimana mencari uang sebanyak mungkin."

 

Emi dan anak-anaknya memang kerap pulang hingga lewat tengah malam. Tetangganya mengaku kasihan dengan anak-anaknya yang diperlakukan seperti demikian.

 

Kini Emi dalam pemeriksaan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Pekanbaru. Ia dimintai keterangan menyusul laporan atas tuduhan eksploitasi dan kekerasan terhadap anak. Tiga anaknya saat ini diinapkan di trauma ceter selama sepekan kedepan.