Prancis Batal Naikkan 'Pajak Nutella' untuk Impor Minyak Sawit

Minyak-Kelapa-Sawit.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE - Para konglomerat dan penguasa perkebunan kelapa sawit di Indonesia bisa bernapas lega. Pasalnya, Parlemen Prancis menolak kenaikan drastispajak impor minyak sawit (crude palm). Di negeri Menara Eifel tersebut dikenal dengan istilah "Pajak Nutella".

 

Istilah tersebut merujuk pada banyaknya kandungan minyak sawit dalam produk terkenal, Nutella itu. Prancis menerapkan setiap produk minyak sawit dikenakan pajak sekitar 104 Euro per ton. Majelis Tinggi atau Senat Perancis, setelah mendapat tekanan dari kelompok pelindung lingkungan, mengusulkan kenaikan 300 sampai 500 Euro.

 

Banyak organisasi lingkungan menjelaskan, produksi minyak sawit mengakibatkan kerusakan lingkungan semakin parah, terutama kawasan hutan tropis di Indonesia dan Malaysia. Banyak hutan ditebang untuk pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit atau pembangunan jalan.

 

Baca Juga: Aktivis Desak Lembaga Adat Melayu Riau Jatuhkan Sanksi Adat ke Danlanud

 

Senat, dilansir dari dw.com, tadinya mengusulkan kenaikan bertahap secara drastis, 500 Euro untuk 2018, 700 Euro untuk 2019 dan 900 Euro untuk 2020.

 


Rencana kenaikan tarif impor komoditi yang mengandung kelapa sawit itu adalah bagian dari RUU tentang keanekaragaman hayati. Indonesia sebelumnya mengecam rencana Perancis sebagai tindakan "arogan" dan "berlebihan" serta menjelaskan, langkah itu bisa mengganggu hubungan bilateral kedua negara.

 

Menteri Muda Perancis untuk keanekaragaman hayati, Barbara Pompili mengatakan, pajak sawit yang disetujui senat, berkisar sekitar 30 Euro per ton, adalah tarif yang "lebih realistis".

 

Anggota parlemen Jean-Louis Bricout dari partai berkuasa, Sosialis, mengatakan, kenaikan drastis tarif impor minyak sawit justru bisa "mengguncang pemasokan (minyak sawit) ke perusahaan-perusahaan Prancis, atau mereduksi secara mendadak pendapatan produsen minyak sawit yang kebanyakan berada di negara berkembang".

 

Ini ketigakalinya sejak 2012 pajak minyak sawit dibahas di parlemen Perancis. Tahun lalu, Menteri Lingkungan, Segolene Royal, sempat membuat marah perusahaan Ferrero, produsen Nutella dari Italia.

 

Ketika itu, ia mengusulkan orang-orang untuk berhenti makan Nutella karena produk itu punya kontribusi besar untuk deforestasi. Beberapa hari kemudian, Segolene Royal harus meminta maaf untuk pernyataannya.

 

Klik Juga: Bank Mandiri Berhenti Beri Kredit Sawit di Lahan Gambut

 

Pajak impor setinggi 104 Euro per ton saat ini dikenakan pada minyak sawit termasuk rendah bagi komoditi minyak nabati. Impor minyak zaitun ke Perancis misalnya dikenakan pajak 190 Euro per ton.

 

Perancis hanya mengimpor sekitar 150 ribu ton minyak sawit per tahun, hanya sebagian kecil dari produksi global mencapai dunia 62 juta ton. Indonesia dan Malaysia khawatir langkah Perancis itu diikuti negara-negara lain dan akan membuat impor minyak sawit menjadi sangat mahal. Anggota parlemen dari Partai Sosialis, Anne-Yvonne Le Dain, menyebut langkah parlemen "tidak konsisten".

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline