ISIS Makin Menguat, Persatuan Faksi di Libya Dibutuhkan

ISIS-Culik-Orang-Demi-Dapatkan-Uang-Tebusan.jpg
(REUTERS)

RIAU ONLINE - Kelompok militan di Libya tampaknya bertambah kuat dan menyerang kota perbatasan Ben Guerdane di Tunisia. Sekitar 50 orang bersenjata bertempur melawan pasukan Tunisia, sebelum kota itu berhasil diamankan hari Senin (7/3) lalu.

 

Pertempuran itu membuat sejumlah warga sipil, personil keamanan dan penyerang tewas dan luka-luka. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggungjawab, tetapi serangan itu serupa dengan serangan militan ISIS sebelumnya untuk memperluas kendali mereka. 

 

BACA JUGA : Pembantaian 28 Orang di Pertambangan Emas Tersiar di Venezuela

 

Melihat kondisi itu, beberapa analis menilai tindakan internasional terhadap ekstremis ISIS di Libya dibutuhkan segera. Tujuannya untuk mencegah kelompok itu meluas lebih jauh.



 

“Menekan berbagai entitas politik di sana tidak menghasilkan hal positif apapun”, ujar Kamel Wazne – Direktur Pusat Penelitian Strategis Amerika di Beirut sebagaimana dilansir dari VOAIndonesia, Rabu (9/3/2016). “Dan saya kira setidaknya kita harus mulai memperlemah organisasi-organisasi teroris ini."

 

KLIK JUGA: Biar Gambut Tetap Basah, 2 Juta Hektare Sekat Kanal Bakal Dibangun 


Kamel Wazne mengatakan kegagalan komunitas global melawan ISIS di Libya telah membantu kelompok itu memperluas jangkauan di luar benteng utamanya, termasuk di Suriah dan Irak.

 


Penutupan perbatasan Tunisia dengan Libya setelah pertempuran di kota perbatasan yang menewaskan 55 orang, telah menambah tekanan terhadap dua pemerintah yang saling bersaing di Libya, tambah Wazne.

 

Libya berada dalam kekacauan sejak tergulingnya Moammar Gaddafi lima tahun lalu. Selain adanya dua pemerintahan yang saling bersaing, beberapa kelompok militan dan ekstremis seperti ISIS juga beroperasi di negara itu.

 

Beberapa diplomat mengatakan faksi-faksi di Libya harus bersatu untuk melawan militan ISIS, tetapi sejumlah perundingan perdamaian gagal mencapai solusi.