(BBC)
Minggu, 14 Februari 2016 11:23 WIB
(BBC)
RIAU ONLINE - Sebulan sudah serangan bom dan senjata di Kawasan Thamrin Jakarta Pusat berlalu. Namun, korban dalam peristiwa itu masih ada yang trauma hingga kini. Bahkan, ada yang masih menjalani perawatan psikis untuk menghilangkan trauma itu.
Seperti yang dialami Andi Dina Noviana. Karyawati yang menjadi korban luka dalam peristiwa teror itu kini kerap mengeluh takut yang tak kunjung hilang. Keluhan itu disampaikan Dina kepada tim psikolog dan medis kepolsian yang berkunjung ke kediamannya di Jakarta Utara.
Koordinator tim penanganan korban bom Thamrin dr. Musafak mengatakan ini merupakan pertama kali dilakukan oleh kepolisian, meski Indonesia telah berulang kali mengalami serangan bom sejak awal tahun 15 tahun lalu.
"Ya ini merupakan perintah dari Kapolri, agar para korban mendapatkan penanganan yang intensif agar bisa pulih secara fisik dan psikologis, langkah ini akan kita lakukan juga jika ada peristiwa serupa," jelas Musafak.
Desi mengatakan kondisi psikis korban serangan bom seharusnya dipantau secara terus menerus sampai pulih dan bisa kembali beraktivitas tanpa mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan.
Baca Juga
Seperti diceritakan Dina kepada BBC Indonesia, Kamis, 14 Januari lalu, ia memilih bekerja di luar kantor. Sebagai karyawan di perusahaan yang bergerak di media sosial, Dina, dapat bekerja di mana saja. Pagi itu dia memilih Starbucks coffee sambil menikmati sarapan.
Ketika dia sibuk mengetik dengan laptopnya, tiba-tiba terjadi ledakan dan seluruh ruangan menjadi gelap.
“Saya tidak menyangka itu merupakan ledakan bom, lalu saya tinggalkan semua barang-barang saya dan mencari jalan keluar, saya melompat dari jendela yang pecah dan penuh dengan serpihan kaca,” kata Dina.
Setelah itu dia berlari menjauh dari lokasi.
“Panik, karena di dalam ada ledakan di luar juga ada ledakan,” kata Dina. Tak lama setelah ledakan pertama di dalam Starbucks Coffee, terjadi ledakan kedua di Pos Polisi Jl. Thamrin yang terletak di depan pusat perbelanjaan Sarinah.
Jika perasaan khawatir dan takut muncul, Dina menenangkan diri dengan mengaji atau mewarnai.
Ibu Dina, Nur Heryani mengatakan sampai saat ini Dina tidak mau ditinggal sendiri di rumah.
"Harus ada yang nunggu, kalau tidak saya ya kakaknya, dulu juga tak mau buka laptop karena ingat kejadian, sekarang sudah mulai kuat," jelas Nur.
Sampai saat ini Dina juga masih harus menjalani konseling rutin dengan psikiater di RS Polri Kramat Jati.