Kampus Harus Jamin Lulusan Untuk Hadapi MEA

RIAU ONLINE, SURABAYA - Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi bangsa Indonesia. Kalangan perguruan tinggi pun wajib berkontribusi dan berperan dalam mendukung peluang atau potensi yang ada melalui jaminan sertifikasi lulusan.

 

Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof. Warsono menilai, bangsa Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang meski Indonesia juga akan menjadi "pasar" karena jumlah penduduknya merupakan 50--60 persen penduduk ASEAN.

 

"Peluang kita ada pada budaya, seni, kerajinan, dan pertanian atau agrobisnis. Mungkin negara lain juga unggul dalam pertanian, tetapi pertanian kita unggul dalam jenis tanaman yang lebih bervariasi," katanya di Surabaya, Senin (28/12/2015).

 

Untuk itu, Guru Besar PPKN (Pancasila) itu mengatakan bahwa universitas harus berperan dalam mendukung peluang atau potensi yang ada melalui jaminan sertifikasi. "Ijazah itu hanya keunggulan dalam akademik, tetapi keunggulan profesi atau vokasi itu perlu sertifikasi," tegasnya.

 



Warsono menyatakan, kampus yang dipimpinnya siap siap mengoptimalkan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) untuk menghadapi era MEA. "Selama ini, LSP Unesa hanya diperuntukkan bagi lulusan SMK. Ke depan, kami akan berdayakan untuk mahasiswa kami sendiri dan masyarakat umum," imbuhnya.

 

Selain itu, kata Warsono, pengembangan profesi melalui sertifikasi juga akan didorong melalui keterlibatan alumni atau ikatan alumni yang sudah unggul dalam pengalaman dan keahlian, seperti teknik listrik. (BACA JUGA: BI Pastikan Layanan Perbankan Lancar Selama Natal dan Tahun Baru)

 

"Namun, kunci MEA bukan hanya sertifikasi, melainkan juga bahasa. Untuk itu, Unesa akan mendorong bahasa Indonesia menjadi bahasa ASEAN karena pengguna bahasa Melayu mencakup 60--70 persen penduduk ASEAN di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam," tuturnya.

 

Senada dengan itu, pakar industri kreatif Universitas Ciputra (UC) Surabaya Freddy H. Istanto memprediksi desain kreatif akan menjadi kunci utama untuk menguasai pasar MEA.

 

"Industri kreatif itu berawal dari desain. Jika desainnya kreatif, hasil produknya akan menarik, seperti busana (fashion), animasi, interior, informasi dan teknologi (IT), dan craft juga harus memperhatikan desain," katanya.

 

Dalam kaitan itu semua, kata dia, Indonesia memiliki batik sebagai busana khas, animasi sebagai bagian dari budaya melihat, musik yang beragam mulai dari musik tradisional maupun kontemporer. "Yang menjadi permasalahan saat ini terkait sertifikasi," katanya.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline