Ini Cara Baru ICW Berantas Korupsi

ilustrasi-korupsi.jpg
INTERNET
ILUSTRASI

RIAU ONLINE, JAKARTA - Indonesian Corruption Watch (ICW) tak lelah melakukan kampanye antikorupsi. Kali ini dengan cara mengedepankan propaganda perlawanan terhadap korupsi dengan cara yang lebih halus dan sederhana. Merilis album Frekuensi Perangkap Tikus volume kedua menjadi pilihan ICW.

 

Sembilan lagu yang dihimpun dalam album ini memuat materi yang lebih menyentuh kehidupan keseharian masyarakat dan lingkungan tempat mereka tinggal. "Pada album ini, kami mengusung gerakan pemberantasan korupsi lintas generasi dan berfokus pada kesadaran antikorupsi di level terdekat, misalnya lingkungan keluarga,” ujar koordinator Divisi Kampanye ICW, Tama S. Langkun, saat rilis album di Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta, Selasa (15/12/2015).

 

“Jadi, untuk melawan korupsi, kita bisa memulai di lingkungan rumah sendiri. Jangan sampai keluarga, sahabat, atau tetangga kita sendiri melakukan korupsi,” ucapnya. (BACA JUGA: ICW Desak DPR Hentikan Pembahasan Rancangan UU KPK)


 

Produser album ini, Harlan Broer, mengatakan cara ini sejalan dengan konsep pemilihan musikus yang berkontribusi dalam album ini. Delapan grup yang dipilih untuk album ini adalah grup yang punya hubungan kekerabatan. Misalnya, ada grup yang para personelnya adalah sahabat dekat sejak lama, seperti Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks, White Shoes & The Couples Company, dan Sore. Selain itu, ada grup yang personelnya punya ikatan suami-Istri, yaitu Indie Art Wedding dan Jirapah. Ada pula grup yang personelnya punya hubungan kakak dan adik, yaitu Anda dan Bonita serta The Experience Brother. Terakhir, ada grup yang punya hubungan ayah dan anak, yaitu Ebiet G. Ade berkolaborasi dengan L’Alphalpha.

 

“Korupsi sudah menjadi hal yang dekat dengan kita. Jadi pemberantasannya harus dimulai dari yang dekat, yaitu lingkungan sekitar kita sendiri. Itu yang saya refleksikan di album ini,” tutur Harlan Broer.

 

Album ini digarap untuk merayakan Hari Antikorupsi Internasional yang jatuh pada 9 Desember lalu. Dengan mencetak seribu keping di sesi penjualan pertama, Harlan berharap album ini dapat ikut berkontribusi dalam mengkampanyekan antikorupsi. “Semoga ini bisa menjadi referensi dan mengingatkan kita untuk tidak korupsi dimulai di lingkungan kita sendiri,” tuturnya seperti dikutip dari laman tempo.co, Rabu (16/12/2015).

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline