RIAU ONLINE - Profesi peneliti kini semakin diperhatikan dan dihargai oleh lembaga internasional. Pekan lalu, L’Oréal Indonesia dan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU) memberikan penghargaan kepada empat peneliti perempuan dalam perhelatan L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) yang ke-12, penghargaan paling diminati dan didambakan oleh para perempuan di komunitas sains.
Keempat perempuan peneliti tersebut adalah:
1. Sastia Prama Putri, Ph D
Peneliti dari Osaka University ini dengan proposal penelitian berjudul Establishment of quality evaluation standard and authentication method of Kopi Luwak and various Indonesian specialty coffees by gas chromatography-based metabolomics.
2. Dr rer. nat Aluicia Anita Artarini
Scientis Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan proposal penelitian berjudul Development of Reporting System with Colorimetric to Screen Candidate of Polymerize Influenza Virus. Keduanya memperoleh penghargaan untuk kategori Life Sciences. (Baca Juga: Luar Biasa. Jemaat Gereja AS Sambut Kaum Muslim saat Salat Jumat)
3. Dr. Anawati , PhD
Peniliti dari Universitas Teknologi Sumbawa dengan proposal penelitian berjudul Fabrication of Anodic Alumina Oxide (AAO) Membrant Applied on Ready To Drink Filter in Sumbawa,
4. Kiky Corneliasari Sembiring, M.Eng
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) dengan proposal penelitian berjudul Heterogeneous Catalysts Ni0Cu0Mg-Al in the hydrogen production process of biodiesel production waste for renewable application. Ia memperoleh penghargaan untuk
kategori Material Sciences.
Keempat Fellow nasional L’Oréal-UNESCO FWIS 2015 tersebut akan memperolej dana sebesar Rp 80 juta yang dapat digunakan untuk penelitian mereka. (Klik Juga: Ingin Cepat Punya Momongan Perhatikan Masa Subur Pasangan)
Sejak 2004, L’Oréal Indonesia dan KNIU telah berjuang bersama untuk memajukan perempuan peneliti di Indonesia. Jumlah, peran dan pengaruh perempuan dalam dunia sains telah mengalami perubahan, tetapi perubahan tersebut tidak berjalan secepat diharapkan.
Data dari UNESCO menunjukkan hanya terdapat 30% perempuan peneliti di dunia dan hanya 3% peraih penghargaan Nobel di bidang sains adalah perempuan. Indonesia juga mengalami kondisi yang sama, dimana perempuan peneliti belum terwakilkan dengan cukup.
“Dari jumlah total 22,950 peneliti, hanya terdapat kurang lebih 11,000 perempuan peneliti di Indonesia," kata Anies Rasyid Baswedan, Ph.D, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam mengembangkan Indonesia, tuturnya, untuk menjadi sebuah negara yang berbasis penelitian adalah tantangan yang harus kita hadapi bersama dengan bantuan dari para peneliti, termasuk para perempuan tangguh ini. (Lihat Juga: Legenda Sumiati Kini Diangkat ke Layar Lebar)
"Kami harapkan keberhasilan dari para perempuan peneliti dapat diapresiasi oleh berbagai pihak, termasuk mereka yang ada di sektor swasta, sehingga dapat memacu semangat para peneliti untuk membuat bangsa kita menjadi bangsa yang hebat,” kata Anies.
Prof. Dr. Arief Rachman, Mp.d, dari Kementerian Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menyatakan, hanya 7% persen perempuan lulusan S1 meneruskan ke jenjang S2 dan hanya 3 persen dari perempuan lulusan S2 menempuh program doktoral. Sepanjang tahun 2010 hingga 2015, angka pertambahan perempuan peneliti justru turun, dari 6 persen menjadi 3 persen.
"Oleh karena itu, kami memiliki harapan yang besar agar program L’Oréal-UNESCO FWIS dapat mengaspirasi perempuan peneliti untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi Indonesia,” ujar Arief Rachman.
Untuk mengubah angka jumlah perempuan peneliti di Indonesia, L’Oréal Indonesia memperkenalkan sebuah kampanye digital yang diusung L’Oréal Foundation, bertajuk ‘#ChangeTheNumbers’. (Baca: Heboh Senam Aerobik Berbikini di Mal)
Kampanye ini bertujuan untuk mengubah persepsi publik terhadap perempuan di bidang sains dan menarik lebih banyak perempuan untuk memilih karier di bidang sains.
Seiring dengan Deklarasi UNESCO tahun 2015 yang menyatakan bahwa ‘Tahun 2015 adalah Tahun Cahaya’, program L’Oréal-UNESCO FWIS tidak hanya bertujuan untuk menyorot hasil kerja para peneliti perempuan yang luar biasa, tetapi juga memberikan perhatian khusus terhadap kepribadian, perjalanan karier, semangat, tantangan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh para peneliti.
Sementara itu, President Director, PT L’Oréal Indonesia, Vismay Sharma, mengatakan, sebagai perusahaan yang berakar di bidang sains, melihat masih banyak stigma melekat pada perempuan yang memilih karier di bidang sains.
Walaupun banyak perempuan di Indonesia menempuh pendidikan lanjut di universitas, tuturnya, hanya sedikit dari mereka memilih berkarier di bidang penelitian. (Klik: Kisah Penolong Hamil Lolos dari Pembantaian)
"Ini disebabkan oleh stereotipe yang dilihat oleh para remaja mengenai tanggung jawab hidup bekeluarga dan anggapan miring ketika seorang perempuan memilih sains sebagai karier utama," jelasnya.
Survei Opini L’Oreal Foundation pada 2015, jelasnya, menunjukkan 67 persen orang Eropa berpikir, perempuan tidak memiliki keahlian yang cukup untuk menjadi seorang peneliti ulung. Remaja perempuan adalah korban dari situasi ini, dan sering kali faktor penghambat kemajuan perempuan datang dari mereka sendiri.
"Sains sudah tidak menjadi sebuah bidang yang menarik bagi para remaja putri di tingkat SMP dan SMA. Kami melihat bahwa ini adalah saatnya kami mengembalikan ketertarikan terhadap dunia riset dan inovasi. Sudah bukan rahasia lagi jika sains membutuhkan lebih banyak kontribusi perempuan karena dunia membutuhkan sains dan sains membutuhkan perempuan,” pungkasnya. (Elizabeth Swanti)
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline