Bendera Belanda Dirobek di Hotel Mounbatten A Yani

Lukisan-Perjuangan-Kemerdekaan-di-Riau.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/SAAN)

Laporan: Saan

 

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pada 12 November 1945, bendera Belanda berkibar kembali di teras Hotel Syonanto, kemudian menjadi Mountbatten Hotel, Jalan A. Yani sekarang.

 

Melihat itu, pemuda Riau di Pekanbaru mulai marah, sebab mereka juga mendengar perustiwa 10 November di Surabaya, penyerangan Hotel Oranye oleh rakyat Surabaya. Semangat pemuda Riau mulai bergolak. (KLIK JUGA: Kantor BKR Bekas Sekolah Jepang di Jalan Ahmad Yani

 

Dalam waktu singkat seluruh massa berkumpul di depan kantor BKR yang juga berada di Jalan A. Yani. Mereka membawa senjata apa saja yang ada dan yang ditemui. Massa hanya tinggal menunggu komando dari Komandan BKR.

 

Di luar halaman kantor BKR, serdadu Jepang dan Belanda dengan senjata lengkap mondar mandir untuk menakuti masyarakat Riau. Melihat hal itu, masyarakat justru tumpah ruah turun ke jalan. Akibatnya, kendaraan meliter Belanda dan Jepang tak terlihat lagi.


 

Masyarakat Riau lalu mengepung Mountbatten Hotel. Mereka dibagi dalam empat kelompok. Tugimin bergerak di jalan menuju ke hotel bersama para pemuda kelompoknya. Sardjono bergerak di jalur kiri menuju hotel. Sementara Wiyono bergerak dari belakang hotel dan Himron Saheman tetap berada di markas BKR. (BACA JUGA: Kantor BKR Bekas Sekolah Jepang di Jalan Ahmad Yani)

 

Di saat yang sama, Residen Abdul Malik melakukan diplomasi dengan Hasan Basri agar bendera Belanda diturunkan. Karena massa tidak terkendali lagi, pemuda dan pereman pasar menyerbu hotel tersebut.

 

Mereka menurunkan bendera Belanda lalu merobek warna birunya, dan tinggallah merah putih. Dan massa kembali mengibarkan bendera merah putih di samping bendera Inggris yang ada di hotel tersebut.

 

Sebagian pemuda ingin melanjutkan penyerbuan camp Belanda di Tangkerang. Namun, keinginan tersebut dilarang oleh Raden Yusuf dengan tegas. Sebab jika melakukan penyerangan akan melanggar kesepakatan.(Baca Juga: Baku Tembak 12 Jam di Tanjungkilang, Durai, Inhil

 

Sambil membuka baju, Raden Yusuf berteriak di depan masyarakat, "Jika ada yang tidak patuh, tembak saya". Massa menjadi hening dan akhirnya mereka membatalkan niat tersebut yang bersamaan dengan tibanya waktu maghrib. 

 

Simak berita Pertempuran di Riau lainnya dengan klik di sini.

 

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline

 

Sumber: Catatan Himron Saheman, Pelaku Sejarah.