RIAUONLINE, PEKANBARU - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan Desa Sungai Linau menggelar sosialisasi, Jumat (21/8), di Balai Desa. Acara yang bertajuk Edukasi Informal Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Melalui Kelembagaan Sosial Masyarakat tersebut, diikuti 20 orang warga masyarakat.
Kepala Desa Mulyono dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih terhadap sosialisasi yang dilakukan di Sungai Linau. Kegiatan tersebut bisa mengedukasi warga. Tidak hanya itu, setidaknya tiap warga bisa saling mengingatkan warga lain saat musim kemarau tiba, seperti tidak buang puntung rokok sembarangan dan membakar lahan. "Karena kita mencari nafkah dari alam," kata Mulyono.
Ruci Pebriani yang memberikan materi menyampaikan dampak yang ditimbulkan dari masalah Karhutla terhadap ekonomi, ekologis, pariwisata, kesehatan dan lainnya. "Dampak yang paling mencolok dari Karhutla ialah musnahnya ekosistem dan gangguan kesehatan akibat menghirup asap dari Karhutla," ungkapnya.
Pencegahan terhadap Karhutla menurut Ruci bisa dilakukan dengan cara pembukaan lahan ramah lingkungan tanpa membakar. Penanggulangannya bisa dilakukan dengan revegetasi dan canal blocking.
"Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) berupa pembekuan izin dari pemerintah harus ditegakkan untuk mencegah berulangnya kebakaran hutan dan lahan. Pemidanaannya agak berbeda dengan konsep pemidanaan tindak pidana lainnya, yaitu dengan konsep pidana maksimal (straft maxima) dan pidana minimal (straft minimal),” papar Ruci.
Menurut Mulyono, Karhutla di Sungai Linau kini mengalami penurunan sekitar 20 persen. Masyarakat sudah sadar akan bahaya asap dan takut akan tuntutan hukum. “Jika terjadi Karhutla masyarakat biasanya menyediakan sendiri alat pemadaman seperti mobil, ember dan mencari air dan dilakukan secara bersama. Mereka juga menjaga kebunnya masing-masing. Kendala terbesar pada saat karhutla adalah pasokan air dan jangkauan titik api itu sangat jauh. Jika musim kemarau semua air parit dan kanal akan kering,” ucapnya.
Karhutla di Sungai Linau, kata Mulyono, sudah terjadi sejak masyarakat mebuka lahan baru sekitar Tahun 2005. Sebelumnya sudah ada warga yang tinggal, namun mata pencahariannya belum berkebun. Ia berharap tahun depan tidak ada lagi kebakaran. Jika ada setidaknya ada pengurangan tiap tahunnya dan bisa dengan cepat ditangani.
Koordinator Desa KKN Kebangsaan Desa Sungai Linau, Taufiq menyebutkan, kewajiban mahasiswa KKN Kebangsaan untuk menjadi fasilitator, edukator serta eksekutor pada pencegahan Karhutla. Karena mahasiswa dapat memahami serta mengaplikasikan ilmunya terkait pengelolaan lingkungan yang baik dan cara yang tepat penanggulangan Karhutla.
“Saya ingin semua warga dan mahasiswa KKN Kebangsaan lebih menghormati alam tempat kita hidup,” tandasnya. (rls)
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline