Pengamat Sebut Pekanbaru Kota Monoton

Sikari.jpg
(RIAUONLINE/WD UTAMI)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Idealnya sebuah kota memiliki 30 persen ruang terbuka hijau (RTH) yang diperuntukkan bagi paru-paru kota dan ruang publik. Namun itu tak dimiliki oleh Pekanbaru yang kini sudah menjadi Kota Metropolitan. Tidak hanya RTH yang kurang, fasilitas umum (Fasun) juga minim di Kota Bertuah ini.

 

Demikian dikatakan pengamat tata kota yang juga dosen Planologi, Mardianto Manan di acara Bukberbang (Buka Bareng dan Bersembang) Sindikat Kartunis Riau (Sikari), Selasa (23/6/2015). “Kota ini didominasi oleh ruang ‘budidaya’ Ruko. Fasilitas umum dan paru-paru kota tidak menjadi perhatian dalam penataan kota,” ungkap Mardianto.

 

Di usianya ke-231 tahun saat ini, lanjut Mardianto, Pekanbaru tidak memiliki monumen yang menunjukkan jejak sejarah keberadaan Kota Pekanbaru. Situs-situs yang menjadi monumen pada setiap masa, sudah tidak bisa dijumpai di Pekanbaru.

 

“Masjid Raya, Gedung Dang Merdu, Stadion Hang Tuah bagian kecil icon Pekanbaru di masa lalu, sudah berubah bentuk. Jejak Pekanbaru di masa lalu sudah tidak ada,” ungkap Mardianto pilu.


 

Pekanbaru saat ini adalah kota yang penuh sesak dengan rumah toko dan rumah kantor. Ini membuat wajah Pekanbaru terlihat tidak ramah, panas dan monoton. Setidaknya itu kesan yang dirasakan oleh arsitek muda penggagas komunitas Nongkrong Bareng Arsitek, Dedi Ariadi.

 

“Melihat wajah Kota Pekanbaru saat ini kesannya sangat monoton dengan bangunan Ruko dimana-mana, tidak ramah dan panas. Karena ruang terbuka hijau sangat kurang,” kata Dedi yang juga menjadi nara sembang di acara Bukberbang Sikari.

 

Bila ada kemauan dan desakan dari pemerintah daerah, ungkap Dedi, ruko-ruko tersebut bisa dibuat asri dan ramah. Caranya dengan membuat taman di atap ruko atau vertical garden di dinding-dinding ruko. Dengan demikian, produksi oksigen dari tanaman dan indahnya tanaman akan membuat wajah kota ini lebih ramah dan sejuk.

 

“Desain ruko saat ini yang banyak tanpa arcade juga membuat ruko tampak kaku. Arcade ini berfungsi sebagai tempat orang berjalan menyusuri deretan ruko yang ada. Dengan arcade, ruko memiliki ruang yang memberi kesan tidak kaku pada bangunan yang memiliki bentuk seragam itu” jelas Dedi.

 

Bila konsep pembangunan Kota Pekanbaru sesuai dengan rencana umum tata ruang yang semestinya, maka wajah kota akan lebih tertata. Namun menurut Mardianto, sayangnya semua aturan-aturan baik yang sudah ada tidak diimplementasikan sebagaimana mestinya. Sehingga izin-izin pembangunan ruko terus diberikan yang membuat Pekanbaru dijuluki Kota Ruko. (wdu)